by SamsUdin Putranto Hanafi
semula S-58 H-251/150691- hadiah dari Kennedy.
Konversi jadi H-3451, crashed 12 October 2005. (by Roland Adrie)
semula S-58 H-251/150691- hadiah dari Kennedy.
Konversi jadi H-3451, crashed 12 October 2005. (by Roland Adrie)
Beberapa peninggalan Twinpack yang masih dapat dilihat saat ini adalah ;
1. Berada di Univ Nurtanio, Bandung, Lanud Husein Sastranegara by Setia Hartadi
2. September 2017 sebagai monumen di pertigaan JL Atang Senjaya ,Semplak, Bogor
3. Monumen di halaman KOPSAU (pinggir jalan) lanud Atang Sanjaya, Semplak, Bogor
4. berada di Museum Pusat Dirgantara Mandala (muspusdirla) Jogyakarta
saat perakitan kembali di muspusdirla jogyakarta
Sikorsky S-58T Twin Pack: Kiprah Helikopter Legendaris TNI AU
the best helicopter aerobatic of this world
Sikorsky S-58T Twin Pack
Photo2 twinpack
https://www.airliners.net/photo/Indonesia-Air-Force/Sikorsky-S-58T/976873/L
Sepenggal info dari tni-au.mil;
https://tni-au.mil.id/portfolio/sikorsky-s-58t-twinpac-hadiah-persahabatan/
sepenggal cerita dari web
http://www.sikorskyarchives.com/S-58%20%20HELICOPTER.php
Spesifikasi Sikorsky S-58T Twin Pack
– Crew: 2
– Capacity: 16 troops or 8 stretchers
– Panjang : 17,28 meter
– Tinggi : 4,85 meter
– Berat kosong : 3.355 Kg
– Berat penuh : 5.895 Kg
– Mesin : One 1340kW (1800shp) Pratt & Whitney Canada PT6T3 Twin Pac turboshaft
– Kecepatan maks : 222 Km per jam
– Kecepatan jelajah : 158 Km per jam
– Jarak tempuh : 480 Km
sepenggal cerita dari web
http://www.sikorskyarchives.com/S-58%20%20HELICOPTER.php
Production History
Military The
first flight of the S-58 was on March 8, 1954. Four prototype
helicopters (XHSS-1) were built for testing. The first production
SH-34G (HSS-1) flew on September 20, 1954. The SH-34G entered Navy
service in August 1955. The first Army model CH-34A (H-34A) unit was
operational in September 1955. The Marine model UH-34 D (HUS-1), a
utility version of the S-58, entered service in February 1957
Foreign Military Sales
S-58 helicopters were provided to over 23 foreign countries through
various military assistance programs and direct sales. S-58
helicopter were operated in various configuration by, Argentina,
Australia (Westland), Bangladesh (Westland), Belgium (Sud), Brazil,
Brunei (Westland), Cambodia, Canada, Chile, Ghana (Westland), Great
Britain (Westland), Germany, France (Sud), Israel, Indonesia, Italy,
Japan, The Netherlands, South Vietnam, Thailand, USSR (Russia), and
Uruguay.
Commercial The
Commercial Model of the S-58 received FAA Certification for Airline
Service in August 1956. Chicago Helicopter Airways, New York Airways,
Los Angeles Airways, and Sabena Airlines operated a 12-passenger
configuration. Commercial S-58 helicopters were also used in utility
roles hauling external cargo the heavy load placement at construction
sites.
When production at Sikorsky ended in
January 1970 a total of approximately 1,800 S-58s of all version were
manufactured. Close to 600 additional helicopters were manufactured
under license in England, France, and Italy.
Keberadaan helikopter S-58T Twin Pack di Indonesia bermula dari hibah pemerintah AS lewat program Defense Liaison Group (DLG) pada tahun 1975. Hingga tahun 2010, dari 12 unit yang ada, hanya delapan unit yang masih operasional dan di operasikan Skadron Udara 6. Keberadaan Twin Pack cukup identik dengan gelar operasional Paskhas hingga mendukung misi SAR. Untuk misi SAR, disematkan hoist untuk menarik dan mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan. Dengan perubahan mesin, dari piston ke Turboshaft, maka bentuk heli berubah, khususnya pada bagian hidung, dari yang semula bundar setengah bola menjadi lonjong dan seolah memiliki “dua lubang hidung”. Dari bagian hidung, putaran mesin “dikirim” ke pemutar baling-baling utama melalui batang yang biasa disebut main drive shaft. Dari sisi tampilan, perubahan bentuk hidung inilah yang menjadi ciri khas dari S-58T Twin Pack. Dengan mesin baru tersebut, heli menjadi lebih bertenaga dan gesit. Gaining power heli menjadi lebih tinggi. Alhasil, pesawat bisa take-off secara cepat, segera memperoleh speed untuk naik, dan kalau perlu dapat segera berbelok tajam. Kelebihan ini jelas amat diperlukan dalam pengoperasiannya di wilayah konflik, sebagai misal ketika harus menghindar dari serangan darat.
Di lingkungan TNI AU, S-58T Twin Pac yang berhidung mirip kelelawar ini dikenal dengan julukan Codot. Heli yang dulunya tergabung dalam Skadron Udara 6 ikut tercatat terjun dalam berbagai operas militer di seluruh pelosok negeri. Di antara pengalaman terbangnya, ia ikut pula hadir dalam berbagai operasi bhakti. SAR, dan olahraga dirgantara, selain itu di operasi militer di Papua/Irian, Aceh, dan Timor Timur.
Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan S-58T acaian Amerika, Thailand, Uruguay, dan Argentina. Karena usia pakai yang sudah tua, ditambah seringnya terjadi kecelakaan, S-58T milik Skadron Udara 6 kini sudah di grounded, dan digantikan dengan NAS-332 Super Puma
Keberadaan helikopter S-58T Twin Pack di Indonesia bermula dari hibah pemerintah AS lewat program Defense Liaison Group (DLG) pada tahun 1975. Hingga tahun 2010, dari 12 unit yang ada, hanya delapan unit yang masih operasional dan di operasikan Skadron Udara 6. Keberadaan Twin Pack cukup identik dengan gelar operasional Paskhas hingga mendukung misi SAR. Untuk misi SAR, disematkan hoist untuk menarik dan mengevakuasi korban pada sisi pintu kanan. Dengan perubahan mesin, dari piston ke Turboshaft, maka bentuk heli berubah, khususnya pada bagian hidung, dari yang semula bundar setengah bola menjadi lonjong dan seolah memiliki “dua lubang hidung”. Dari bagian hidung, putaran mesin “dikirim” ke pemutar baling-baling utama melalui batang yang biasa disebut main drive shaft. Dari sisi tampilan, perubahan bentuk hidung inilah yang menjadi ciri khas dari S-58T Twin Pack. Dengan mesin baru tersebut, heli menjadi lebih bertenaga dan gesit. Gaining power heli menjadi lebih tinggi. Alhasil, pesawat bisa take-off secara cepat, segera memperoleh speed untuk naik, dan kalau perlu dapat segera berbelok tajam. Kelebihan ini jelas amat diperlukan dalam pengoperasiannya di wilayah konflik, sebagai misal ketika harus menghindar dari serangan darat.
Di lingkungan TNI AU, S-58T Twin Pac yang berhidung mirip kelelawar ini dikenal dengan julukan Codot. Heli yang dulunya tergabung dalam Skadron Udara 6 ikut tercatat terjun dalam berbagai operas militer di seluruh pelosok negeri. Di antara pengalaman terbangnya, ia ikut pula hadir dalam berbagai operasi bhakti. SAR, dan olahraga dirgantara, selain itu di operasi militer di Papua/Irian, Aceh, dan Timor Timur.
Selain Indonesia, negara lain yang mengoperasikan S-58T acaian Amerika, Thailand, Uruguay, dan Argentina. Karena usia pakai yang sudah tua, ditambah seringnya terjadi kecelakaan, S-58T milik Skadron Udara 6 kini sudah di grounded, dan digantikan dengan NAS-332 Super Puma
Spesifikasi Sikorsky S-58T Twin Pack
– Crew: 2
– Capacity: 16 troops or 8 stretchers
– Panjang : 17,28 meter
– Tinggi : 4,85 meter
– Berat kosong : 3.355 Kg
– Berat penuh : 5.895 Kg
– Mesin : One 1340kW (1800shp) Pratt & Whitney Canada PT6T3 Twin Pac turboshaft
– Kecepatan maks : 222 Km per jam
– Kecepatan jelajah : 158 Km per jam
– Jarak tempuh : 480 Km
http://www.indomiliter.com/sikorsky-s-58t-twin-pack-kiprah-helikopter-codot-tni-au/
beberapa catatan yang mengalami crash;
- 30 Oktober 2003: Sikorsky S-58T Twin Pack dengan nomor H-3408 jatuh di areal kebun kacang dan tanaman singkong di sekitar Lanud Atang Sanjaya, Bogor.
– 12 Oktober 2005: Twin Pack S-58T beregistrasi H-3451 milik TNI AU jatuh saat melakukan latihan rutin di sekitar Lanud Sentani Papua.
– 7 Januari 2008: Twin Pack S-58 nyungsep di antara batang-batang kelapa sawit di Desa Ogom Kecamatan Sei Kijang Kabupaten Pelalawan, Riau. Robert Viswanathan Chandran , miliader Singapura menjadi korbannya. (Gilang Perdana)
beberapa catatan yang mengalami crash;
- 30 Oktober 2003: Sikorsky S-58T Twin Pack dengan nomor H-3408 jatuh di areal kebun kacang dan tanaman singkong di sekitar Lanud Atang Sanjaya, Bogor.
– 12 Oktober 2005: Twin Pack S-58T beregistrasi H-3451 milik TNI AU jatuh saat melakukan latihan rutin di sekitar Lanud Sentani Papua.
– 7 Januari 2008: Twin Pack S-58 nyungsep di antara batang-batang kelapa sawit di Desa Ogom Kecamatan Sei Kijang Kabupaten Pelalawan, Riau. Robert Viswanathan Chandran , miliader Singapura menjadi korbannya. (Gilang Perdana)
Modelkitnya tidak ada yang sudah jadi persis seperti photo di atas, sehingga harus dimodivikasi dari type UH -34 dirubah bagian hidungnya saja yang diganti dengan menggunakan conversion kit atau membuatnya sendiri dengan resin. Bahan dasar yang bisa digunakan jenis UH-34 merk Tamiya, Italeri, Hobby Boss skala 1:72 atau Revell skala 1-48 , conversion kitnya ada dua produk yang saya tau :
- Cobra company untuk skala 1:72 seperti yg sdh sy peroleh (juli 2014) dari juragan mokit Om Flanker spt dibawah ini
2. The Buccaneer S-58T resin conversion dari thailand
skarang saya tinggal nyari UH 34 nya dah, tar langsung dipotong idungnya jadi twinpack dan diwarnain kayak TNI-AU photo di atas!
3. Whirlybits
Beberapa pabrikan mokit sebagai bahan dasar :
photo dibawah adalah mokit rakitan yg ada di museum dirgantara mandala yogya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar