Rencana Pembelian 8 Unit Osprey untuk Jawab Tuntutan Kebutuhan Alutsista
Rencana Pemerintah Indonesia membeli delapan unit pesawat militer jenis MV-22 Block C Osprey dari Amerika Serikat (AS) dinilai untuk menjawab tuntutan kebutuhan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Maka itu, anggota Komisi I DPR Yan Permenas Mandenas mendukungnya
"Terkait rencana pembelian 8 helikopter angkut MV-22 Osprey saya pikir untuk menjawab tuntutan kebutuhan alutsista kita yang sangat mendesak, karena kita tahu di beberapa wilayah itu sudah beberapa kali terjadi kecelakaan helikopter," ujar Yan Permenas Mandenas kepada SINDOnews, Jumat (10/7/2020).
Yan mengatakan, jumlah helikopter yang beroperasi saat ini pun sangat terbatas. "Jadi kalau sewaktu-waktu kita membutuhkan untuk mobilisasi dan lain-lain untuk menangani berbagai macam gejolak sosial maupun gejolak politik, apalagi menyangkut dengan pertahanan wilayah, itu kita sangat susah untuk bermanuver," ujar politikus Partai Gerindra ini.
Apalagi, helikopter milik TNI angkatan udara, laut dan darat saat ini harus diganti atau diperbarui dari segi operasionalnya. "Karena sampai dengan saat ini kita bisa mengambil sampel Komisi I bertemu dengan Pangkoopsau II di Makassar, rata-rata di beberapa wilayah yang kami temui itu semua meminta untuk memodernisasi alutsista, termasuk helikopter, pesawat tempur dan persenjataan, itu baru di Pangkoopsau II, belum lagi di Pangkoopsau III di Papua itu sama sekali enggak ada pesawat tempur," katanya.
Dia mengatakan, Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) di Papua tidak memiliki helikopter. "Apalagi kita bicara ini sudah sekelas bukan lagi Lanud, bukan lagi Pangkosek, ini sudah Pangkoopsau, Pangkoopsau otomatis harus seimbang dong dengan ketersediaan alutsista sesuai dengan standar organisasi yang dikembangkan oleh Panglima TNI," ujar legislator asal daerah pemilihan Papua ini.
Amerika Serikat Setuju Indonesia Membeli 8 Pesawat Osprey
Yan mengatakan, jumlah helikopter yang beroperasi saat ini pun sangat terbatas. "Jadi kalau sewaktu-waktu kita membutuhkan untuk mobilisasi dan lain-lain untuk menangani berbagai macam gejolak sosial maupun gejolak politik, apalagi menyangkut dengan pertahanan wilayah, itu kita sangat susah untuk bermanuver," ujar politikus Partai Gerindra ini.
Apalagi, helikopter milik TNI angkatan udara, laut dan darat saat ini harus diganti atau diperbarui dari segi operasionalnya. "Karena sampai dengan saat ini kita bisa mengambil sampel Komisi I bertemu dengan Pangkoopsau II di Makassar, rata-rata di beberapa wilayah yang kami temui itu semua meminta untuk memodernisasi alutsista, termasuk helikopter, pesawat tempur dan persenjataan, itu baru di Pangkoopsau II, belum lagi di Pangkoopsau III di Papua itu sama sekali enggak ada pesawat tempur," katanya.
Dia mengatakan, Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Koopsau) di Papua tidak memiliki helikopter. "Apalagi kita bicara ini sudah sekelas bukan lagi Lanud, bukan lagi Pangkosek, ini sudah Pangkoopsau, Pangkoopsau otomatis harus seimbang dong dengan ketersediaan alutsista sesuai dengan standar organisasi yang dikembangkan oleh Panglima TNI," ujar legislator asal daerah pemilihan Papua ini.
Pada tanggal 6 Juli 2020, DSCA (Defense Security Cooperation Agency)
mengeluarkan rilis yang mengumumkan bahwa US State Department menyetujui
Foreign Military Sale ke pemerintah Indonesia, dan sudah memberikan sertifikasi
untuk memberitahu Kongres tentang kemungkinan pembelian tersebut. Foreign
Military Sale tersebut memiliki nilai yang diperkirakan sebesar US$ 2 milyar.
Pemerintah Indonesia telah meminta ijin untuk membeli 8 unit pesawat MV-22 Block C Osprey, yang mencakup:
-24 mesin Rolls Royce AE 1107C
-20 AN/AAQ-27 FLIR
-20 AN/AAR-47 Missile Warning System
-20 AN/APR-39 Radar Warning Receiver
-20 AN/ALE-47 Countermeasures Dispenser System
-20 AN/APX-117 IFF System
-20 AN/APN-194 radar altimeter
-20 AN/ARN-147 VHF OmniDirectional Range (VOR) Instrument Landing System (ILS) Beacon Navigation System
-40 ARC-210 629F-23 Multi-Band Radios (Non-COMSEC)
-20 AN/ASN-163 Miniature Airborne Global Positioning System (GPS) Receivers (MAGR)
-20 AN/ARN-153 Tactical Airborne Navigation System
-20 Traffic Collision Avoidance Systems (TCAS II)
-20 pucuk senapan mesin M240D 7.62mm
-20 pucuk senapan mesin GAU-21 12.7mm
-Joint Mission Planning Systems (JMPS) dengan komponen perencanaan unik
-publikasi dan dokumentasi teknis, suku cadang pesawat, jasa pengiriman (ferry) pesawat, dukungan tanker, peralatan uji coba dan pendukung, latihan personnel serta peralatannya, software, engineering dari pemerintah dan kontraktor US, dukungan teknis dan logistik, serta elemen lainnya.
Kontraktor untuk penjualan misil ini adalah Bell Textron Inc. yang bertempat di Amarillo, Texas serta Boeing Company di Ridley Park, Pennsylvania. Tidak ada offset agreement yang diajukan sebagai bagian dari permintaan tersebut. Implementasi penjualan ini akan memerlukan penugasan perwakilan dari pemerintah dan kontraktor US ke Indonesia sementara, untuk menyediakan dukungan teknis serta management oversight untuk program tersebut.
Penjualan yang diminta Indonesia ini mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional US dengan meningkatkan keamanan negara mitra regional yang turut mendukung stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Asia Pasifik. Dukungan terhadap Indonesia untuk mengembangkan dan menjaga kemampuan pertahanan diri yang kuat serta efektif adalah hal yang vital bagi kepentingan nasional US.
Penjualan ini akan meningkatkan kapabilitas Indonesia untuk menambah kapabilitas humanitarian dan disaster relief, serta mendukung operasi amfibi. Penjualan ini akan memungkinkan burden sharing dan interoperabilitas dengan kekuatan US. Indonesia dinilai tidak akan mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan MV-22 Block C Osprey ke dalam angkatan bersenjatanya. Penjualan pesawat ini tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan militer dasar di kawasan.
MV-22 memang merupakan pesawat yang tergolong mahal dengan angka kesiapan yang tidak mudah untuk didongkrak, namun kapabilitas logistik yang ditawarkan juga menggiurkan, terutama untuk negara yang terdiri dari ~17,000 pulau dengan luas wilayah ribuan kilometer. MV-22 mampu membawa muatan yang signifikan dengan kecepatan pesawat turboprop, tetapi juga mampu mendarat dan lepas landas secara hampir vertikal layaknya helikopter. Tidak hanya merespon bencana alam, MV-22 akan membantu Indonesia melawan kelompok radikal dengan memberikan fleksibilitas bagi satuan-satuan anti-terorisme dalam merespon insiden teror serta menambah kemampuan mereka untuk melaksanakan operasi counter-terror pre-emptive. Terlebih lagi adanya kata-kata kunci "burden-sharing" dan interoperabilitas, apabila terdapat infrastruktur untuk mendukung operasi MV-22 di Indonesia, US dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut jika terjadi krisis di kawasan Asia mengingat posisi Indonesia yang terletak di antara Australia dan Laut China Selatan.
-Hex
https://www.thedrive.com/the-war-zone/34608/the-v-22-osprey-is-perfect-for-indonesia-and-now-they-can-buy-them
dsca(.)mil/major-arms-sales/indonesia-mv-22-block-c-osprey-aircraft
Pemerintah Indonesia telah meminta ijin untuk membeli 8 unit pesawat MV-22 Block C Osprey, yang mencakup:
-24 mesin Rolls Royce AE 1107C
-20 AN/AAQ-27 FLIR
-20 AN/AAR-47 Missile Warning System
-20 AN/APR-39 Radar Warning Receiver
-20 AN/ALE-47 Countermeasures Dispenser System
-20 AN/APX-117 IFF System
-20 AN/APN-194 radar altimeter
-20 AN/ARN-147 VHF OmniDirectional Range (VOR) Instrument Landing System (ILS) Beacon Navigation System
-40 ARC-210 629F-23 Multi-Band Radios (Non-COMSEC)
-20 AN/ASN-163 Miniature Airborne Global Positioning System (GPS) Receivers (MAGR)
-20 AN/ARN-153 Tactical Airborne Navigation System
-20 Traffic Collision Avoidance Systems (TCAS II)
-20 pucuk senapan mesin M240D 7.62mm
-20 pucuk senapan mesin GAU-21 12.7mm
-Joint Mission Planning Systems (JMPS) dengan komponen perencanaan unik
-publikasi dan dokumentasi teknis, suku cadang pesawat, jasa pengiriman (ferry) pesawat, dukungan tanker, peralatan uji coba dan pendukung, latihan personnel serta peralatannya, software, engineering dari pemerintah dan kontraktor US, dukungan teknis dan logistik, serta elemen lainnya.
Kontraktor untuk penjualan misil ini adalah Bell Textron Inc. yang bertempat di Amarillo, Texas serta Boeing Company di Ridley Park, Pennsylvania. Tidak ada offset agreement yang diajukan sebagai bagian dari permintaan tersebut. Implementasi penjualan ini akan memerlukan penugasan perwakilan dari pemerintah dan kontraktor US ke Indonesia sementara, untuk menyediakan dukungan teknis serta management oversight untuk program tersebut.
Penjualan yang diminta Indonesia ini mendukung tujuan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional US dengan meningkatkan keamanan negara mitra regional yang turut mendukung stabilitas politik dan kemajuan ekonomi di Asia Pasifik. Dukungan terhadap Indonesia untuk mengembangkan dan menjaga kemampuan pertahanan diri yang kuat serta efektif adalah hal yang vital bagi kepentingan nasional US.
Penjualan ini akan meningkatkan kapabilitas Indonesia untuk menambah kapabilitas humanitarian dan disaster relief, serta mendukung operasi amfibi. Penjualan ini akan memungkinkan burden sharing dan interoperabilitas dengan kekuatan US. Indonesia dinilai tidak akan mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan MV-22 Block C Osprey ke dalam angkatan bersenjatanya. Penjualan pesawat ini tidak akan mengubah keseimbangan kekuatan militer dasar di kawasan.
MV-22 memang merupakan pesawat yang tergolong mahal dengan angka kesiapan yang tidak mudah untuk didongkrak, namun kapabilitas logistik yang ditawarkan juga menggiurkan, terutama untuk negara yang terdiri dari ~17,000 pulau dengan luas wilayah ribuan kilometer. MV-22 mampu membawa muatan yang signifikan dengan kecepatan pesawat turboprop, tetapi juga mampu mendarat dan lepas landas secara hampir vertikal layaknya helikopter. Tidak hanya merespon bencana alam, MV-22 akan membantu Indonesia melawan kelompok radikal dengan memberikan fleksibilitas bagi satuan-satuan anti-terorisme dalam merespon insiden teror serta menambah kemampuan mereka untuk melaksanakan operasi counter-terror pre-emptive. Terlebih lagi adanya kata-kata kunci "burden-sharing" dan interoperabilitas, apabila terdapat infrastruktur untuk mendukung operasi MV-22 di Indonesia, US dapat memanfaatkan infrastruktur tersebut jika terjadi krisis di kawasan Asia mengingat posisi Indonesia yang terletak di antara Australia dan Laut China Selatan.
-Hex
https://www.thedrive.com/the-war-zone/34608/the-v-22-osprey-is-perfect-for-indonesia-and-now-they-can-buy-them
dsca(.)mil/major-arms-sales/indonesia-mv-22-block-c-osprey-aircraft
Tidak ada komentar:
Posting Komentar