Rabu, 03 September 2025

 




Erdogan Umumkan Penjualan 48 Jet Tempur KAAN ke Indonesia,            Sampaikan Terima Kasih ke Prabowo
ANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan penjualan 48 unit jet tempur generasi kelima, KAAN ke Indonesia, Rabu (11/6/2025). Erdogan menyatakan jet tempur KAAN yang akan dikirim ke Indonesia diproduksi di Turki dan turut melibatkan "kapabilitas Indonesia."

Pesawat tempur KAAN merupakan jet tempur kebanggan Turki yang diproduksi Turkish Aerospace Industries (TAI). Jet tempur ini pertama kali diuji coba pada 2024 lalu dan menjalani penerbangan perdana dengan kecepatan 230 knot dan ketinggian 8.000 kaki.

Dalam unggahannya di media sosial X, Rabu (11/6), Erdogan berterima kasih kepada Presiden RI Prabowo Subianto atas kerja sama pertahanan yang terjalin. Erdogan juga menyebut Indonesia sebagai "sahabat dan saudara" bagi Turki.

"Saya harap kesepakatan yang menunjukkan perkembangan dan pencapaian industri pertahanan nasional dan domestik kita ini akan bermanfaat bagi Turki dan Indonesia," kata Erdogan.

"Saya juga ingin menyampaikan salam dan terima kasih kepada rekan saya, Presiden Indonesia Prabowo Subianto yang berperan besar dalam penandatanganan perjanjian ini dengan keinginannya yang kuat."

Media-media Turki melaporkan kesepakatan pembelian jet KAAN ini ditandatangani saat pameran Indo-Defence 2025 di Jakarta.

Kantor berita Anadolu melaporkan, kontrak 48 unit jet tempur yang dipesan Indonesia akan berlaku selama 10 tahun. Nilai kontrak dilaporkan mencapai sekitar 10 miliar dolar AS atau sekitar Rp162 triliun.

Kontrak pembelian pesawat tempur ini pun disebut mencakup transfer teknologi ke Indonesia dalam industri penerbangan. Perjanjian ini juga disebut bertujuan mempromosikan pertukaran pengetahuan dan pengembangan melalui kerja sama strategis Turki dan Indonesia.

MOKIT 

sampai dengan konten ini diposting belum ditemukan pabrikan mokit yang membuat

mungkin bisa dibuat dari bahan mokit pesawat sejenis yang mirip F-22 atau FX-21


CHENGDU J-10

 Pesawat J-10 adalah jet tempur multiperan multiperan sayap delta yang dirancang dan diproduksi oleh Chengdu Aircraft Industry Corporation (CAC) Tiongkok. Pesawat ini dioperasikan oleh Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) Tiongkok dan Angkatan Udara Pakistan (PAF), dan dikenal karena kemampuannya, termasuk kemampuan perang elektronik serta integrasi sistem tempur modern dengan persenjataan canggih seperti rudal udara-ke-udara PL-10 dan PL-15. 

Indonesia Dilaporkan Beli 42 Jet Tempur Chengdu J-10C dari China

Kita evaluasi, pesawat bagus, memenuhi kriteria, harganya murah, ya kenapa tidak?

Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana dilaporkan oleh Intelligence Online pada 26 Mei 2025, Indonesia sedang dalam proses meresmikan rencana untuk memperoleh 42 pesawat tempur Chengdu J-10 Vigorous Dragon bekas dari China. Indonesia akan mengakuisisi jet tempur yang merupakan inventaris Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF).

Proposal tersebut mengindikasikan bahwa pilot TNI AU diharapkan akan dikirim ke China untuk pelatihan pada platform J-10. Pesawat tempur J-10 akan diambil langsung dari skuadron Angkatan Udara Tiongkok yang aktif, yang memungkinkan pengiriman segera dan penundaan terbatas yang terkait dengan waktu tunggu produksi.

Pengadaan tersebut akan menjadi solusi tanggap cepat untuk armada Indonesia yang menua dan dapat diumumkan secara resmi selama Indo Defence Expo & Forum 2024 di JIEXpo pada 11-14 Juni 2025. J-10 dilaporkan akan dikeluarkan dari skuadron operasional PLAAF, yang memungkinkan transfer yang dipercepat, dan kemungkinan akan menjalani modifikasi yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan kepatuhan operasional dan ekspor Indonesia sebelum serah terima.

Kementerian Pertahanan Indonesia telah melakukan berbagai upaya pengadaan pesawat tempur selama dekade terakhir setelah penundaan dalam mengganti armada Northrop F-5E/F Tiger II yang sudah pensiun. Pada 2015, pemerintah Indonesia berencana untuk memperoleh 16 pesawat tempur Su-35 Flanker dari Rusia, tetapi hanya 11 yang dikontrak pada 2018, dengan pengiriman yang tidak pernah terwujud.

Program itu akhirnya dibatalkan pada 2021, karena risiko sanksi Amerika Serikat (AS) berdasarkan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA), sebagaimana dikonfirmasi oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI pada 2023. Indonesia kemudian beralih ke pemasok Barat, menandatangani kontrak dengan Dassault Aviation pada 2022 untuk pengadaan 42 jet Rafale F4.

Bersamaan dengan itu, Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Boeing pada 2023 untuk rencana pembelian 24 jetF-15EX Eagle II, dengan Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS memperkirakan nilai kesepakatan tersebut hingga 13,9 miliar dolar AS. F-15EX akan ditetapkan sebagai F-15IDN dalam layanan Indonesia.

Akuisisi sementara yang direncanakan sebelumnya atas 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 dari Qatar kemudian dibatalkan. Sejalan dengan program-program ini, Indonesia berpartisipasi dalam proyek pesawat tempur KF-21 Boramae dari Korea Selatan dan menyatakan minatnya pada pesawat tempur generasi kelima KAAN milik Turki.

Meskipun ada keterlibatan tersebut, jangka waktu yang panjang dan biaya yang lebih tinggi terkait dengan perolehan platform Barat yang baru, mendorong Jakarta untuk mengevaluasi alternatif bekas. China pun akhirnya dipilih setelah jet tempur J-10 yang digunakan Pakistan bisa mengungguli Rafale dan Sukhoi yang dioperasikan India.

Armyrecognition melaporkan, J-10 mendapat perhatian internasional menyusul keberhasilan Pakistan menembak jatuh Rafale milik India pada Mei 2025. Angkatan Udara Pakistan (PAF) mengeklaim, jet tempur J-10C-nya menembak jatuh enam pesawat India, termasuk Rafale, Mirage 2000H, Sukhoi Su-30MKI, dan Mikoyan MiG-29UPG, menggunakan rudal udara-ke-udara jarak jauh PL-15.

Sementara India belum mengonfirmasi kerugian tersebut, sumber intelijen Prancis dilaporkan mengakui potensi kerugian tempur setidaknya satu Rafale. Analis mengutip penggunaan platform peringatan dini dan kontrol udara asal China dan Swedia yang dikoordinasikan dengan J-10. Insiden itu adalah penggunaan tempur pertama yang dilaporkan dari J-10, yang saat ini hanya dioperasikan oleh China dan Pakistan.

Catatan operasional itu sekarang disorot oleh China dalam proposal ekspor J-10 lainnya, termasuk yang diajukan ke Kolombia pada Mei 2025. Dalam kasus itu, China menawarkan 24 jet tempur J-10CE, paket senjata, dan persyaratan pembiayaan meskipun Kolombia sebelumnya telah memilih Gripen E/F Swedia.

Pemilihan J-10 oleh Indonesia terjadi bersamaan dengan hubungan bilateral yang semakin erat dengan China. Pada Januari 2025, Indonesia bergabung dengan kelompok BRICS dan telah menjalin hubungan strategis yang lebih erat dengan Beijing. Prabowo Subianto mengunjungi China sebagai presiden terpilih dan menjadikan negeri Tirai Bambu negara pertama yang dikunjungi setelah menjadi presiden.

Selama kunjungan Perdana Menteri China Li Qiang ke Jakarta pada Mei 2025, Prabowo menegaskan kembali niatnya untuk membangun komunitas dua negara yang memiliki pengaruh regional dan global. Perdagangan Indonesia dengan Tiongkok meningkat dari 52,45 miliar dolar AS pada 2013 menjadi 135,17 miliar dolar AS pada 2024. Tiongkok menjadi mitra dagang terbesar Indonesia.

Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Donny Ermawan Taufanto mengatakan, Indonesia tidak menutup kemungkinan membeli pesawat tempur Chengdu J-10C dari China. "Kalau memang kita evaluasi, pesawat ini bagus, ya memenuhi kriteria yang kita tetapkan, apalagi harganya murah, ya kenapa tidak?" kata Donny saat ditemui di kantor Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Jakarta Pusat, Rabu (4/6/2025).

Donny menjelaskan, pembelian J-10C awalnya hanya rumor belaka. Semua berawal dari kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Mohamad Tonny Harjono ke pameran alutsista di China, beberapa waktu lalu. Di sana, lanjut Donny, pihak China menawarkan pesawat tempur tersebut ke TNI AU.

Setelah dievaluasi, khususnya harga sangat terjangkau, Kemenhan pun mempertimbangkan untuk membelinya. Di pasaran, harga satu unit jet tempur produksi Chengdu Aircraft Corporation tersebut hanya sepertiga harga Rafale buatan Dassault Avaiaton.

"Kita termasuk ditawari pesawat itu. Ya termasuk evaluasi kita juga lah untuk apakah bisa kita menggunakan jet tersebut ya untuk alutsista kita," kata Donny. Menurut Donny, Indonesia pada dasarnya tidak terikat dalam blok negara mana pun dan terlepas dari konflik apa pun.








Mokitnya ; 
Trumpeter 1/72 01611 Chinese J-10 Jet Fighter Aircraft Airplane Kit Static Model TH05330-SMT2
J-10 Sembo


Build Model Kit;

The J-10 is China’s first indigenous multirole fighter, and the “B” is an upgraded version of the original design. Its performance is roughly equivalent to the F-16C.

Molded in Trumpeter’s standard gray plastic, the J-10B has beautiful surface and rivet detail as well as nicely detailed wheel wells. Cockpit detail comes in the form of decals and looks good. The kit provides only one marking option, however, there are a lot of external stores to choose from.

Instructions are clear and easy to follow, as is the painting and decal guide. Other than the main colors on the aircraft and missiles, though, you will have to search references for colors of other areas on the model. Paint suggestions refer to several manufacturers.

Construction follows the traditional format, with work beginning on the cockpit. Trim the instrument decals closely and section them for better fit. As with other Trumpeter fighters I’ve built, construction moves along quickly and fit is very good. This kit is no exception. I did modify some of the building steps.

After installing the nose wheel bay and cockpit, I glued the fuselage together and inserted the intake trunk through the bottom opening where the wings attach. This ensured the intake precisely matched the separate intake lip.

Be careful when joining the wings to the fuselage, and be sure the wing meets its outline on the fuselage. I was only half careful and had to do some tricky sanding and scraping to eliminate a raised joint along the fuselage. Speaking of seams, there is one at the top of the canopy. The actual aircraft has a dark line there, from the rear edge of the canopy to just short of the front edge. I used a decal to simulate this feature.

Trumpeter has you install the landing gear later in the build, which is good. However, it requires some care to ensure correct alignment. Also, the tires are weighted, with keyed wheels and axles to keep the flat surfaces down. On my model, the wheel holes were too small for the axles — and when I expanded the diameter, the keys were eliminated. Not a big deal, but it complicates positioning the wheels flat on the ground. Other small parts had similar fit issues.

On the painting guide, note the upper surface color should be GSI Creos H61 (INJ Gray), not the H16 indicated. That color is green. The decals worked very well. Stencils abound on the aircraft as well as the missiles, so be prepared to devote some time to them. I spent about 25 hours on the kit, with a couple of those on the decals.

Overall, Trumpeter’s J-10B is an excellent kit. I would recommend it to modelers with a couple of builds behind them.

With its accurate dimensions and array of external stores, it makes an interesting companion to the other canard/delta configured fighters: Typhoon II, Rafale, and Gripen.

Kamis, 30 November 2023

casa 212i





                                                                        TNI-AU


 Spesifikasi NC212i,

Pesawat Buatan Lokal Pesanan TNI AU"

Jakarta, CNN Indonesia -- PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menyerahkan pesawat NC212i ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk kebutuhan TNI Angkatan Udara (AU).

Direktur Produksi PTDI M. Ridlo Akbar menyebutkan Kemenhan memesan sembilan unit pesawat jenis NC212 sejak 2017.

Namun kini pihaknya baru melepas satu unit pesawat NC212i yang kemudian akan dioperasikan TNI AU, yakni Skadron Udara 4, Wing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Malang

NC212i merupakan versi modern dari pesawat NC212. Diketahui bila PTDI memiliki program utama pada 1976 yakni memproduksi NC 212-200 di bawah lisensi dari CASA, Spanyol. Saat itu sebanyak 103 NC212-200 versi sipil dan militer telah diproduksi.

Sejak 2014, PTDI tidak lagi memproduksi NC212-200 dan NC212-400, dan telah meningkatkan pesawat menjadi versi NC212i yang modern.

Pesawat ini dikembangkan dari seri C212-400 yang menawarkan performa tinggi dengan berbagai macam konfigurasi. Klaim PTDI pesawat sudah terbukti tangguh digunakan dalam berbagai jenis lingkungan dan misi yang berbeda.

Menurut PTDI pesawat sudah menggunakan sistem avionik generasi terbaru. Sistem ini akan meningkatkan keselamatan penerbangan dan mengurangi beban kerja awak.

Kemudian pesawat memiliki muatan terbesar pada kelasnya, yakni tiga ton, dan kapasitas kursi hingga 28. Terdapat juga Ramp Door untuk memudahkan bongkar muat.

Sedangkan mesin yang digunakan yakni dua mesin Honeywell TPE-331-12JR-701C Turboprop. Mesin dipadukan dengan baling-baling tipe Dowty Rotol berbilah empat.

Menurut PTDI pesawat ini cocok digunakan dalam berbagai kebutuhan, antaranya pengangkut pasukan, pengintai maritim, angkutan kargo atau logistik, evakuasi medis, VVIP atau VIP, bisa juga untuk misi khusus.

Max. Cruise Speed (MTOW, ISA, 1,000ft): 195 kts
Long Range Cruise Speed: 163 kts
Range with max. Payload(3,000 kg): 207 NM
Range with max. Usable Fuel with 2,060 kg payload: 806 NM
Service Ceiling(All Engine Operative): 23,000 ft
Service Ceiling(One Engine In-operative): 7,000 ft
Long Range Fuel Flow: 647 lb/hr
Take Off Distance (to 50 ft) (MTOW, ISA, SL): 740 m
Landing Distance (from 50 ft) (MLW, ISA, SL): 527 m
(ryh/mik)

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) menjadi satu-satunya industri pesawat terbang di dunia yang saat ini memproduksi pesawat NC212i. Seluruh proses pembuatan pesawat tersebut telah dilakukan di Bandung pada kawasan produksi PTDI karena Airbus Defence and Space telah menyerahkan sepenuhnya fasilitas produksi ke PTDI mulai dari jig dan tools hingga pergudangannya (Slow Mover Material) yang semula berada di Spanyol telah dikirimkan seluruhnya ke PTDI.
Apabila Airbus Defence and Space mendapatkan pesanan NC212i, pembuatan pesawat tersebut sepenuhnya akan tetap dikerjakan PTDI di Bandung.
"Airbus Defence and Space telah memberikan kepercayaan kepada PTDI karena mereka akan lebih fokus mengembangkan pesawat besar, oleh karenanya Final Assembly Line khusus NC212i telah disiapkan di fasilitas PTDI sejak bulan Oktober tahun 2011 silam," ucap Direktur Utama PT DI Budi Santoso dalam keterangannya yang dikutip merdeka.com di Jakarta, Senin (20/6).
Pesawat NC212i adalah pesawat multiguna generasi terbaru dari NC212 dengan daya angkut 28 penumpang, memiliki ramp door, kabin yang luas di kelasnya, sistem navigasi dan komunikasi yang lebih modern, biaya operasi yang lebih rendah namun tetap kompetitif di pasar pesawat kecil.
Pesawat NC212i dapat juga digunakan sebagai pembuat hujan, patroli maritim dan penjaga pantai. Pesawat generasi sebelumnya C212 berbagai seri telah digunakan lebih dari 600 unit oleh 38 negara di ataranya yaitu Thailand, Filipina, Afrika Selatan, Spanyol, Uni Emirat Arab, Cili dan Meksiko
https://www.merdeka.com/uang/5-fakta-pesawat-buatan-ptdi-diremehkan-hingga-dipakai-banyak-negara.html




HELICOPTER AIRBUS H-225 M

 TNI Pesan Lagi 8 Helikopter H225M, 

Airbus: Telah Teruji di Medan Tempur

https://www.beritatrans.com/artikel/123934/TNI-Pesan-Lagi-8-Helikopter-H225M-Airbus-Telah-Teruji-di-Medan-Tempur/

JAKARTA (BeritaTrans.com) - TNI Angkatan Udara (TNI AU) memesan kembali delapan helikopter H225M bermesin ganda buatan Airbus.TNI AU ingin memperkuat armadanya untuk tugas pencarian dan pertolongan (SAR) dalam kondisi tempur.Menurut kesepakatan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), helikopter berbobot 11 ton yang telah teruji di medan tempur ini akan diserahkan kepada TNI AU usai perakitan, penambahan kelengkapan, dan penyesuaian akhir oleh PTDI di fasilitas mereka di Bandung, Indonesia. TNI AU ingin memperkuat armadanya untuk tugas pencarian dan pertolongan (SAR) dalam kondisi tempur.Menurut kesepakatan antara Kementerian Pertahanan Indonesia dan PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), helikopter berbobot 11 ton yang telah teruji di medan tempur ini akan diserahkan kepada TNI AU usai perakitan, penambahan kelengkapan, dan penyesuaian akhir oleh PTDI di fasilitas mereka di Bandung, Indonesia. Helikopter tambahan ini akan bergabung dengan armada TNI AU yang saat ini terdiri dari enam H225M untuk penugasan SAR tempur."Kami sangat mendukung keputusan TNI AU dalam memilih H225M untuk melengkapi armada mereka. H225M adalah helikopter yang telah teruji di medan tempur dan disenangi oleh banyak pelanggan di seluruh dunia. Pesanan tambahan ini mencerminkan kepercayaan Indonesia terhadap Airbus Helicopters," kata Airbus Helicopters Executive Vice President Ben Bridge dalam keterangan, yang dikutip cnbcindonesia, Jumat (11/1/2019). "Indonesia terus mengambil peran penting dalam rantai pasok global Airbus Helicopters. Bersama rekan terpercaya kami PTDI, kami siap mendukung kesiapsediaan armada helikopter Indonesia."Airbus Helicopters dan Indonesia telah lama bekerja sama, diawali ketika PTDI menerima lisensi produksi helikopter NBO-105 di tahun 1976, lebih dari 40 tahun yang lalu. Terkait H225, PTDI telah menjadi pemasok penting untuk badan utama dan badan belakang helikopter jenis ini sejak tahun 2008, diikuti oleh beroperasinya lini produksi H225 di tahun 2011. Airbus Helicopters dan PTDI memperluas kerja sama industri di tahun 2017 dengan mengadakan layanan dan dukungan khusus untuk armada helikopter militer Indonesia.Saat ini, 88 unit H225M telah diserahkan kepada pengguna. Helikopter ini telah terbukti keandalan dan ketahanannya pada berbagai situasi tempur dan wilayah krisis di seluruh dunia.H225M, yang merupakan varian militer dari keluarga helikopter multi-peran Super Puma, saat ini beroperasi di Perancis, Brazil, Meksiko, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, dan baru-baru ini telah dipesan pula oleh Hongaria, Kuwait, dan Singapura.BUTUH 140 HELIKOPTERSebeluknya Kementerian Pertahanan menandatangani kontrak pembelian 8 helikopter H225M dan 9 helikopter serbu BELL-412EPI. Kontrak pembelian ini merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan TNI akan 100 heli angkut berat dan 40 heli tempur. Kebutuhan TNI besar untuk heli angkutan berat dan heli tempur, ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan, Agus Setiadji, di PT Dirgantara Indonesia (DI) Bandung, Selasa (9/1/2018). Agus menuturkan, kontrak terdiri dari helikopter H225M konfigurasi angkut berat, integrated logistic support termasuk airborne kit, jasa (technical assistant dan advance training). Kemudian, publikasi teknis, pelatihan, dan 1 unit H225M level D full flight simulator beserta sarana dan prasarana pendukungnya. Helikopter ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AU. Helikopter H225M merupakan nama komersial yang sama dengan helikopter EC725 Cougar yang merupakan keluarga dari Super Puma, produk kerja sama PT DI dengan Airbus Helicopters, Perancis. Kontrak lainnya, 9 helikopter serbu BELL-412EPI, lengkap dengan persenjataan dan munisi, suku cadang, publikasi teknis, serta pelatihan. Heli serbu ini untuk memenuhi kebutuhan TNI AD. Helikopter Bell-412EPI merupakan bagian dari helikopter Bell-412 Series, produk kerja sama PT DI dengan Bell Helicopter Textron Inc, Canada.Agus mengatakan, kontrak tersebut didasarkan pada kebutuhan dasar TNI AU dan TNI AD sesuai dengan minimum essential force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI tahap kedua. Kebutuhannya masih cukup banyak. Untuk heli serbu butuh 40, baru bisa dukung 9. Untuk heli angkut berat, kebutuhannya 100, baru bisa dukung 8, ungkap dia seperti dikutip kompas.com.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pihaknya melihat industri dalam negeri dengan kontraktor utamanya PT DI. Kebutuhan akan dipenuhi bertahap. Targetnya 2020-2024 MEF terpenuhi. Sekarang baru 67 persen. April nanti diharapkan bisa sampai 79 persen, imbuh dia. Anggarannya untuk yang sekarang, Heli Bell 330 juta dollar AS dan 183 juta dollar AS (heli tempur), tambah dia. Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro mengatakan, sesuai kontrak, pihaknya akan memenuhi kebutuhan TNI AD dalam 24 bulan sejak efektif kontrak. Sedangkan heli angkut berat harus selesai 36 bulan setelah efektif kontrak. Kontrak sendiri akan efektif setelah pendanaan luar negeri (PLN) selesai. Proses (PLN) dibutuhan 3-6 bulan. Setelah dapa,tbaru,efektif,ujardia

This article was published in beritatrans.com with the title "TNI Pesan Lagi 8 Helikopter H225M, Airbus,Telah,Teruji,di,Medan,Tempur".Click,to read: https://www.beritatrans.com/artikel/123934/TNI-Pesan-Lagi-8-Helikopter-H225M-Airbus-Telah-Teruji-di-Medan-Tempur/.







Senin, 10 Juli 2023

M I R A G E 2000

 

Menhan beli 12 jet tempur Mirage-2000-5 bekas 

spesifikasi jet tempur Mirage-2000

Indonesia Beli Mirage 2000 Bekas Qatar

Kementerian Pertahanan mengumumkan bahwa Indonesia telah meneken kontrak pembelian selusin jet tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar senilai 734,53 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 10,95 triliun. Mirage 2000-5 merupakan jet tempur produksi Dassault Aviation asal Prancis, yang juga memproduksi jet tempur Rafale yang telah dipesan Indonesia tahun lalu.

Pembelian jet tempur bekas tersebut dilakukan karena penurunan kesiapan tempur TNI AU. Penurunan kesiapan tempur tersebut karena sejumlah jet tempur TNI AU akan berakhir masa pakainya, menjalani peremajaan (upgrade) ataupun perbaikan (overhaul/repair). 

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan 2023 World Air Forces directory yang dirilis situs FlightGlobal, TNI AU saat ini memiliki 78 jet tempur aktif, yang tersebar ke dalam delapan skuadron. Sebagian besar jet tempur yang dimiliki oleh TNI AU adalah F-16, dengan jumlah 25 unit, disusul Hawk 209 sebanyak 22 unit. Dua pesawat tersebut, bersama dengan Sukhoi Su-27 dan Su-30 masuk dalam daftar pesawat yang akan mengalami habis masa pakai, peremajaan, maupun perbaikan.

Rencananya, jet tempur Mirage 2000-5 yang dibeli Indonesia akan tiba di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, selambat-lambatnya 24 bulan setelah teken kontrak, atau tahun
 2025.




MOKIT






Rabu, 28 Desember 2022

DASSAULT FALCON 7X




                                    Spesifikasi Jet Falcon 7X dan 8X, Kekuatan Baru TNI AU

Ini wujud pesawat jet Falcon 8X dibeli Indonesia dari Perancis

Pesawat jet bertipe Dassault Falcon 7X dan Falcon 8X tiba di Indonesia, pada Selasa (27/12/2022). Dua pesawat itu tiba setelah menempuh perjalanan selama delapan jam dari Dubai, UEA. Sebelumnya, kedua pesawat diterbangkan dari Perancis ke Dubai, pada Senin (26/12/2022). Kedatangan dua pesawat tersebut diresmikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Bandara Udara (Bandara) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Rabu (28/12/2022). Prabowo menuturkan, dua pesawat buatan Perancis itu untuk komando pengendalian (kodal) pimpinan TNI. "Hari ini kita berbangga, ada perkuatan tambahan untuk TNI AU, dua pesawat yang kita sebut pesawat kodal, komando pengendalian," ujar Prabowo, Rabu kemarin. Baca juga: Kedatangan Jet Falcon 7X dan 8X, Panglima Yudo: Saya Akan Tinjau "Ini diperuntukkan unsur pimpinan (agar) dapat dengan cepat bergerak untuk melaksanakan fungsinya," kata dia. Lantas, bagaimana spesifikasi Falcon 7X dan Falcon 8X? Dikutip dari siaran pers Dinas Penerangan TNI AU, kedua pesawat itu merupakan jenis pesawat jet yang memiliki sejumlah keunggulan. Antara lain, jarak tempuh yang jauh dengan endurance 10,5 jam untuk Falcon 7X dan 12 jam untuk Falcon 8X, dengan jangkauan maksimal masing-masing 5.950 Nm dan 6.450 Nm. Kedua pesawat itu juga mampu landing pada landasan pacu yang pendek. Baca juga: Indonesia Kedatangan Pesawat Jet Falcon 7X dan 8X, Prabowo: Kekuatan Tambahan untuk TNI AU Falcon 7X dan Falcon 8X masing-masing didukung oleh mesin tipe PW307A dan PW307D buatan Kanada dan mampu terbang hingga ketinggian 51.000 kaki dan maximal operating speed 370 kts/0.9 mach. Nantinya, dua pesawat tersebut sebagai alutsista yang memperkokoh kekuatan Skadron Udara 17 Lanud Halim Perdanakusuma. Falcon 7X dan Falcon 8X nantinya berfungsi untuk melayani penerbangan VIP/VVIP. Kedua pesawat itu mampu mengangkut maksimal 14 penumpang, ditambah dengan tiga kru pesawat seperti pilot, kopilot, serta pramugari

Dilansir dari Kompas.id, Falcon 7X dan Falcon 8x merupakan pesawat buatan Dassault Aviation, di Bordeaux-Merignac, Perancis. Falcon 7X dibuat tahun 2005 dan diklaim sebagai Falcon paling laris dan jet pribadi pertama di dunia dengan teknologi digital. Kesuksesan Falcon 7X diikuti dengan kemunculan Falcon 8X pada 2015.

MOKIT ;






Selasa, 08 Maret 2022

RAFALE

DASSAULT  RAFALE

Indonesia telah menandatangani pembelian pesawat jet tempur Rafale buatan Perancis pada tahun 2021 ini, sebanyak 6 unit akan diserahkan terlebih dahulu dan sisanya (36) akan secara bertahap dikirimkan.








                                                                            its.satrio






Prabowo Tandatangani Pembelian 6 Jet Tempur Rafale Perancis

6 Rafale Indonesia Deal, 36 Menyusul, 2 Scorpene Mendekat

Indonesia Bisa Jadi Kunci Penting Kebangkitan Rafale


KISAH RAFALE !! INDONESIA PENYELAMAT JET TEMPUR
ASAL PERANCIS, INI BUKTI VALIDNYA?

Finally: France Launch New 6th-Gen Fighter Jet
to Replace the Dassault Rafale




Kesepakatan untuk membeli sejumlah pesawat jet tempur Rafale dari Prancis merupakan langkah terbaru Kementerian Pertahanan dalam meremajakan alat utama sistem senjata (alutsista) Indonesia.

 Pembelian pertama jet tempur dari Prancis ini dilakukan Indonesia di tengah upaya merombak kekuatan alutsista udara yang menua - mencakup jet tempur F-16 buatan Amerika Serikat dan Su-27, Su-30 Sukhoi buatan Rusia

Pembelian itu diumumkan di tengah pengumuman Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat yang telah menyepakati kemungkinan penjualan pesawat F-15ID dan perlengkapan terkait senilai US$13.9 miliar (Rp200 triliun), kata Pentagon Kamis (10/02).

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto telah berencana berbelanja alutsista dengan anggaran sekitar Rp1.760 triliun hingga 2024.

Menurut pengamat pertahanan, pembelian pesawat-pesawat itu dilakukan ketika Indonesia sedang berusaha memperkuat pertahanannya untuk meningkatkan posisi tawar di kawasan Asia Pasifik.

Menteri urusan angkaan bersenjata Prancis, Florence Parly mengatakan setelah bertemu Prabowo di Jakarta bahwa "kemitraan strategis akan meningkatkan hubungan pertahanan kedua negara".

Parly juga mengatakan INdonesia adalah negara kedua di kawasan Pasifik setelah India yang membeli jet dari Dassault Aviation.

Apa istimewanya pesawat tempur Rafale?

Rafale adalah jet tempur yang diproduksi oleh perusahaan Prancis Dassault Aviation. Pesawat yang memiliki mesin kembar ini dirancang sebagai pesawat serbaguna yang dapat menjalankan berbagai misi atau omnirole.

Rafale dibekali dengan beragam sistem persenjataan, antara lain:

  • Rudal serangan udara-ke-udara MICA dan METEOR
  • Rudal serangan udara-ke-darat HAMMER
  • Rudal anti kapal laut AM39 EXOCET
  • Bom berpemandu laser
  • Meriam internal 30mm dengan kemampuan 2500 putaran per menit.

Jet tempur ini juga mampu menampung senjata hingga sembilan ton. Kecepatan maksimalnya mencapai 1.384 kilometer per jam.

Dengan kemampuan untuk membawa banyak jenis senjata dan sistem misi yang canggih, Rafale disebut dapat melakukan serangan udara-ke-darat, serta serangan udara-ke-udara dan pencegatan pesawat musuh dalam satu misi.

 Apa istimewanya pesawat tempur Rafale?

Rafale adalah jet tempur yang diproduksi oleh perusahaan Prancis Dassault Aviation. Pesawat yang memiliki mesin kembar ini dirancang sebagai pesawat serbaguna yang dapat menjalankan berbagai misi atau omnirole.

Rafale dibekali dengan beragam sistem persenjataan, antara lain:

  • Rudal serangan udara-ke-udara MICA dan METEOR
  • Rudal serangan udara-ke-darat HAMMER
  • Rudal anti kapal laut AM39 EXOCET
  • Bom berpemandu laser
  • Meriam internal 30mm dengan kemampuan 2500 putaran per menit.

Jet tempur ini juga mampu menampung senjata hingga sembilan ton. Kecepatan maksimalnya mencapai 1.384 kilometer per jam.

Dengan kemampuan untuk membawa banyak jenis senjata dan sistem misi yang canggih, Rafale disebut dapat melakukan serangan udara-ke-darat, serta serangan udara-ke-udara dan pencegatan pesawat musuh dalam satu misi.

 Kehadiran Rafale akan memperkuat postur pertahanan Indonesia di tengah keterbatasan alutsista dan anggaran, kata Khairul Fahmi Direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS).

"Dalam kondisi keterbatasan kita ini, ini menjadi penting - bisa digunakan untuk patroli, serangan spesifik, serangan kapal, ke darat, kemudian menghadapi pertempuran udara jarak dekat. Jadi banyak hal yang bisa dilakukan dan ini layak untuk kita miliki karena kita nggak mungkin belanja satu-satu ... kondisi keuangan kita terbatas," katanya kepada BBC News Indonesia.

 Rafale bawa tantangan baru?

Namun kedatangan Rafale juga membawa tantangan baru, menurut pengamat pertahanan dan alutsista, Chappy Hakim.

Karena sistem Rafale tidak sama dengan pesawat buatan Rusia atau Amerika, Indonesia harus "memulai dari nol" dalam hal pemeliharaannya, kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) itu.

"Kita musti mendidik dari awal lagi para pilot dan teknisi. Kita harus menyiapkan laboratorium pemeliharaan untuk kalibrasi peralatan-peralatan elektronik yang super canggih itu dan sebagainya," ujarnya.

Chappy juga mengatakan bahwa jet tempur hanyalah satu bagian dalam sistem pertahanan udara.

Meskipun ia memiliki teknologi yang canggih, kemampuannya tetap akan tergantung pada sistem pertahanan udara - radar, pangkalan, command and control, dan sebagainya.

 

Apa lagi isi kesepakatan dengan Prancis?

Selain sepakat untuk membeli 42 unit jet tempur Rafale, Indonesia juga menandatangani berbagai kerja sama dengan Prancis dalam kesepakatan bernilai Rp8,1 miliar dolar atau setara Rp116,2 triliun.

Kerja sama itu termasuk pengembangan kapal selam sampai komunikasi, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Secara rinci, kerja sama di bidang penelitian dan pengembangan kapal selam akan terjalin antara PT PAL dengan Naval Grup, MoU kerja sama Program Offset dan ToT antara Dassault dan PT DI, MoU kerjasama di bidang telekomunikasi antara PT LEN dan Thales Group, dan kerja sama pembuatan munisi kaliber besar antara PT Pindad dan Nexter Munition.

"Kami membahas secara mendalam beberapa hal, sebagaimana diketahui Indonesia dan Prancis telah menjalin kerjasama pertahanan cukup lama sejak 1950," kata Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam keterangan pers.

Dalam kunjungannya ke Indonesia 10 Februari 2022, Menteri Pertahanan Prancis, Florence Parly mencuit "Prancis bangga berkontribusi untuk memodernisasi angkatan bersenjata dari mitra, yang memainkan peran kunci di ASEAN dan kawasan Indo-Pasifik."

Mengapa kerja sama dengan Prancis?

Khairul Fahmi dari ISESS mengatakan berbagai kerja sama tersebut menjadi "poin plus" kesepakatan dengan Prancis karena Indonesia punya target mengembangkan industri pertahanan dalam negeri.

Menurut Fahmi, target itu juga berarti Indonesia harus memperbanyak kemitraan dengan berbagai negara agar punya peluang untuk meningkatkan kemampuan dengan berbagai teknologi.

Diharapkan dengan sistem pertahanan yang kuat, Indonesia bisa meningkatkan posisi tawarnya dalam menghadapi berbagai tantangan keamanan di kawasan, termasuk di Laut Natuna Utara yang secara sepihak diklaim China sebagai bagian dari Laut China Selatan.

"Kalau dalam konteks politik kawasan, kehadiran alutsista baru ini akan membuat Indonesia mungkin lebih diperhitungkan dan mungkin juga mampu memberikan tekanan-tekanan terhadap negara lain di kawasan," kata Fahmi.

 

Apa latar belakang kesepakatan ini?

Kesepakatan dengan Indonesia diteken saat Prancis berusaha mempererat hubungannya dengan negara-negara di Indo-Pasifik, setelah AS, Inggris, dan Australia membentuk aliansi strategis baru bernama AUKUS tahun lalu untuk mengonter pengaruh China yang semakin besar.

Pakta itu, yang mencakup pembangunan kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia, membuat Prancis geram. Sebelumnya, Paris sudah meneken kontrak pembelian kapal selam bernilai miliaran dolar dengan Canberra.

Ketika ditanya oleh wartawan apakah perkembangan seputar AUKUS dan batalnya kesepakatan kapal selam dengan Australia memengaruhi negosiasi dengan Indonesia, seorang juru bicara kementerian pertahanan Prancis menjawab: "Saya rasa tidak, dalam satu hal atau lainnya."

"Kami punya strategi Indo-Pasifik, kami telah bertekad untuk menjaga industri pertahanan kami dan dengan demikian, mengekspor," ujarnya, seperti dikutip Reuters.

Indonesia juga telah mengungkapkan kekhawatiran soal AUKUS.

Dalam pernyataan pers, September lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memperingatkan bahwa penggunaan kapal selam bertenaga nuklir dapat memicu perlombaan senjata nuklir di kawasan.

 Alutsista apa lagi yang akan dibeli Indonesia?

Indonesia juga berencana membeli 36 unit jet tempur F-15 serta peralatan militer lainnya dari AS senilai US$14 miliar atau sekitar Rp200 triliun. Departemen Luar Negeri AS sudah menyetujui rencana tersebut.

Penjualan yang diusulkan akan meningkatkan "keamanan mitra regional penting yang merupakan kekuatan untuk kestabilan politik, dan kemajuan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik," dalam sebuah pernyataan dari Pentagon.

Kesepakatan ini disebut "tidak akan mengubah keseimbangan dasar militer di kawasan tersebut."

 

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-60343367

 

 


MODEL KIT

my kit


by juragan.diecast.jogya



                                                                    by ; Rekai Milanesha


FULL VIDEO BUILD Revell 1/48 Rafale C Spa162 2012

Revell 1:48 Dassault Rafale B - Full build



DASSAULT RAFALE B HOBBY BOSS