Photo di atas diperoleh dari milis, ternyata TNI-AD yg sekarang Penerbad pernah mempunyai dan mengoperasikan pesawat ini, satu lagi adalah Britten Norman Islander yang sangat mirip bentuknya, peninggalan dan bagaimana cerita saat operasionalnya belum diperoleh info.
Modelkitnya ditemukan pabrikan jadul Merk Comet yg saat ini barangkali sudah tidak produksi lagi, itupun bukan yg seri 680-FL dimana beda moncongnya. Jika yg terbuat dari fiberglass utk display ada ditawarkan dimilis. Pesawat ini mirip dengan BN-2 Islander, mungkin jika ingin memodifikasi dapat dibuat dari bahan ini walau perlu banyak yang dirubah maupun ditambahkan. Jika nanti diperoleh akan dibuat dan diberi marking dan decal seperti photo di atas.
Bandung (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berharap kerja sama pembuatan pesawat C-295 antara PT Dirgantara Indonesia (DI) dan Airbus Military menandai kebangkitan industri pertahanan Indonesia."Saya bukan hanya sekedar yakin, tapi justru kebijakan kita termasuk solusi terhadap financing dan termasuk pula pemesanan, pembelian, alutsista dari PT DI adalah jalan yang nyata untuk sekali lagi melakukan revitalisasi dan pemajuan industri strategis yang menjadi kebanggaan kita bersama," katanya pada acara penandatanganan kerja sama di Kompleks PT DI, Jakarta, Rabu.Presiden yakin industri pertahanan Indonesia bangkit kembali dan memiliki masa depan yang baik.Meskipun telah mengalami berbagai masalah dan tantangan sejak krisis moneter 1997/1998, Presiden mengatakan, PT DI terbukti tetap bisa bertahan berkat kepemimpinan manajemen, bantuan pemerintah, dan juga loyalitas karyawan.Penandatanganan nota kesepahaman yang disaksikan Presiden Yudhoyono adalah kerja sama produksi, operasional, dan pemasaran antara PT DI dan Airbus Military yang bermarkas di Sevilla, Spanyol.
PT DI menjadi satu-satunya produsen sekaligus agen tunggal pemasaran pesawat C-295 di kawasan Asia Pasifik.Selain itu, dilakukan juga penandatanganan nota kesepahaman antara PT DI dan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI pada 2014 dengan produksi PT DI. Presiden juga menyaksikan penandatanganan kesepakatan Polri dan PT DI bagi pembelian alat-alat produksi PT DI guna memenuhi kebutuhan Polri."Ini adalah contoh nyata kerja sama saling menguntungkan dan tentu saja benefit real akan diberikan kepada PT DI yang tentu saja harus kita berikan dukungan penuh," demikian Presiden
BANDUNG-(IDB) : Pemerintah memesan 9 pesawat baru CN295 dari PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk operasional TNI. Anggaran yang disiapkan mencapai US$ 325 juta.Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat kunjungan bersama Presiden SBY di kompleks PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu
Pesawat C-295 yang diproduksi bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Airbus Military memiliki akselerasi tinggi dan dapat diterbangkan dari lapangan udara dengan panjangan landasan 670 meter.
"Pesawat C-295 lebih panjang, namun dapat diterbangkan dari lapangan udara dengan panjang landasan 670 meter dan tidak beraspal," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan Bisnis PTDI Dita Ardoni Jafri di Bandung, Rabu (26/10).Dengan kemampuan lepas landas dan mendarat dalam jarak pendek, menurut Dita akan mendukung operasional pesawat itu di sejumlah lapangan udara berlandasan pendek di Indonesia maupun di negara-negara di Asia Fasific.Pesawat itu juga bisa lepas landas pada situasi dan kondisi darurat atau di lapanga yang tidak dipersiapkan sehingga dapat menjalankan misi taktis, termasuk pula kemampuan terbang rendahnya yang cukup handal. Selain itu juga cukup handal dan mampu beroperasi dalam berbagai kondisi baik cuaca dingin maupun panas seperti di gurun pasir.
14 Oktober 2011, Tanjung Pinang (Pentak Tanjung Pinang): Pelaksanaan Uji
Pesawat NC–295/EC-296 dari Skadron 2 Halim Perdana Kusuma dengan
operasi Rute Paum 131, pesawat diterbangkan oleh Letkol Pnb Moh Mujib.
Dan Mayor Pnb Roni,di terbangkan dari Lanud Halim, Astra Ksetra,
Palembang, Tanjung Pandan, Supadio, Tanjungpinang, dan pesawat C- 295
sampai Tanjungpinang tanggal 12 Oktober 2011 pukul 17. 55 WIB.di sambut
oleh Komandan Lanud Tanjungpinang Lekol Pnb M.J. Hanafie dan perwira
staf Lanud Tanjungpinang.
Kedatangan pesawat angkut versi militer
jenis/tipe C-295 yang rencananya akan menambah kekuatan Alut Sista TNI
AU, khususnya pesawat angkut militer di Skadron Udara Angkut Ringan
Lanud Halim Perdanakusuma tersebut mempunyai misi Penjajakan Uji
Kemampuan, Uji Navigasi Jarak Jauh serta Kemampuan Air Crew dalam
mengopersikan pesawat tersebut, bila sesuai kriteria yang dikehendaki
TNI AU maka pesawat tersebut akan digunakan TNI AU. Sedangkan untuk
produksi pesawat C-295 Industri Pesawat Casa Airbus Militery Spanyol
akan bekerjasama dengan Industrik Pesawat Terbang Dirgantara Indonesia
(PTDI) dalam memproduksi pesawat type C-295.
Komandan Lanud
Tanjungpinang selesai menyambut kapten pilot beserta crewnya, dengan
didampingi Kapten Pilot memasuki cocpit pesawat untuk melihat lebih
dekat teknologi yang dimiliki pesawat tersebut, karena jika terwujud
menjadi kekuatan Alutsista TNI AU maka akan memperlancar dukungan
operasi penerbangan TNI AU.http://beritahankam.blogspot.com/2011_10_09_archive.html
Angkasa mencatat, Indonesia memesan 9 (sembilan) unit C-295 versi angkut pasukan Februari 2012 menyusul merosotnya performa F-27. Dari kesembilan pesawat ini, diungkap, dua akan dikirim ferry sudah dalam color schemeTNI AU, yakni warna hijau loreng. Lima unit berikutnya dikirim dalam peti kemas, belum dicat dan akan dirakit di fasilitas PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat. Sementara dua sisanya akan digarap di DI, sebagai salah satu bentuk kerjasama baru antara Airbus Military-DI. Jadwal pengiriman sembilan pesawat baru tersebut, yaitu dua unit pada tahun 2012, dua unit 2013, satu unit pada 2014, dan sisanya pada 2015.
Kahumas Airbus Military, Maggie Bergsma, mengatakan, seluruh pesanan akan sampai ke tangan Indonesia pada musim panas 2014. Dan, kini dua di antara sembilan C-295 telah siap diterbangkan ke Indonesia dari fasilitas perakitan Airbus Military di Seville, Spanyol.
Sumber Angkasa mengungkap, kedua pesawat baru akan terbang ke Tanah Air tanggal 24 September. Penerbangan mundur dari jadwal semula karena masih harus menunggu over flying permit atau ijin terbang lintas dari negara-negara yang akan disinggahi dalam penerbangan ferry nanti. Kedua pesawat akan diterbangkan test pilot dari Airbus Military bersama test pilot DI, yakni Capt. Esther Gayatri Saleh dan Capt. Novirsta Mafriando Rusli.
Secara simbolis, pesawat sudah diserahterimakan kepada pihak Indonesia Rabu, 19 September lalu di Sevilla. Dalam acara serahterima, pihak Indonesia diwakili Wemenhan Letjen (Pur) Sjafrie Sjamsoeddin, sementara dari Airbus Military oleh VP Head of Programmes Light & Medium and Derivative - Airbus Military, Rafael Tentor. Selain Letjen Sjamsoeddin, turut hadir dalam delegasi Indonesia Dirut DI Budi Santoso dan sejumlah pejabat dari TNI AU dan Kemenhan.
Sementara itu, dari pihak Dinas Penerangan TNI AU diperoleh kabar bahwa empat penerbang dari Skadron Udara 2 baru saja selesai dilatih di Sevilla untuk mengawaki pesawat ini. Mereka adalah Letkol Pnb. Elistar Silaen (Komandan Skadron), Mayor Pnb. Destianto, Mayor Pnb. Trinanda dan Kapten Pnb. Reza Fahlifie. (adr) Berikut photo2 dari web airlinersnet dan indodefence
dari web http://garudamiliter.blogspot.com/2012/10/pt-dirgantara-produksi-tiga-cn-295.html PT Dirgantara Indonesia menyatakan siap membuat tiga unit pesawat angkut CN-295 pada 2014. Tiga unit itu merupakan pesawat ketujuh, kedelapan, dan kesembilan. “Proses perakitan akhir dan bagian ekor akan dibuat PT Dirgantara,” kata Direktur Aerostruktur PT Dirgantara Indonesia, Adi Alisjahbana, di Skuadron II Landasan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2012. Dalam kerja sama dengan Airbus Military Spanyol, Adi menjelaskan, porsi pekerjaan Dirgantara semakin meningkat. Dari sembilan unit pesawat, enam unit dibuat di Airbus Military Spanyol dan tiga unit lainnya dibuat di Indonesia. "Nantinya ada kolaborasi, 40 persen konten lokal, yakni bagian ekor pesawat, dan final assembling," kata Adi. Pesawat CN-295 merupakan pesawat angkut sedang generasi baru dengan perlengkapan seperti digital avionic dan full glass cockpit. Pesawat versi militer ini mampu membawa 9 ton kargo dan 71 personel. Pesawat ini mampu terbang sampai ketinggian 25.000 kaki dengan kecepatan jelajah maksimum 260 knot atau 480 kilometer per jam. Dengan dua mesin Turboprop Pratt dan Whitney Canada, pesawat ini mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek, yaitu 670 meter. Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pesawat CN-295 akan menambah kekuatan operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Ia berpesan agar TNI Angkatan Udara bisa memelihara armada militer ini.
Dua pesawat pertama dengan nomor registrasi A-2901 dan A-2902
ANGKASAREVIEW.COM – Pesawat angkut medium ringan
C295 pesanan Direktorat Polisi Udara, Baharkam, Kepolisian Republik
Indonesia (Polri) mulai tampak menggenakan seragam Polisi Udara berlabur
warna biru-putih.
Pesawat terlihat sedang menjalani uji di kawasan pabrik PT Dirgantara
Indonesia (PTDI) di Bandung, Jawa Barat. Hal ini menandakan pesawat
tersebut tak lama lagi akan diserahterimakan.
Seperti diketahui Polri memesan satu pesawat C295 dan satu helikopter
Bell 412EP dari PTDI. Penandatanganan kontraknya telah dilaksanakan
pada 21 September 2015 di Markas Direktorat Polisi Udara, Pondok Cabe,
Tangerang Selatan, Banten.
Pesawat C295 dikembangkan dari CN235 yang badannya diperpanjang tiga
meter. Pesawat ini dibuat oleh Airbus Defence & Space di Spanyol.
Pesawat menggunakan mesin turboprop baru Pratt & Whitney Canada
PW127G yang dilengkapi enam bilah baling-baling Hamilton Standard 586-F.
Dibanding CN235 yang berkapasitas 50 orang atau muatan 6 ton, kinerja
C295 lebih tinggi. C295 bisa mengangkut 70 orang pasukan atau muatan
hingga 9,25 ton. Jangkauan terbang pun meningkat dari 4.355 km pada
CN235 menjadi 5.400 km pada C295.
Kehadiran C295 akan menambah kekuatan yaptap (pesawat sayap tetap)
Polud (Polisi Udara) menjadi 13 unit. Saat ini Polud diperkuat 2 NC212, 4
PZL M28, 2 Beechraft 1900D, 1 Beechraft 18CH, 2 Diamond DA 40, dan 1
Fokker F50 yang menjadi pesawat yaptap terbesar.
Pesawat angkut serbaguna C295 pesanan Polud terlihat masih menyandang
registrasi pabrik, AX-2910. Ini bermakna pesawat C295 kesepuluh yang
dirakit oleh PTDI. Selain pesanan Polri, pabrik pesawat pelat merah ini
juga sedang menggarap sebuah C295 lainnya versi patroli maritim (MPA)
untuk TNI AU. CN295 bukan sepenuhnya buatan PTDI. Berbeda dengan CN235 dan NC212i
yang produksinya kini sudah sepenuhnya dilaksanakan di Bandung, untuk
produksi CN295 ini PTDI masih bekerja sama dengan Airbus Defence and
Space (ADS) di Spanyol. RANGGA BASWARA SAWIYYA
Modelkitnya baru diketemukan satu pabrikan yg membuat yaitu Broplan
skala 1/72, jika didapat nantinya akan diberi marking camo dan decal
seperti photo dari airlinersnetdi bawah.
mokitnya saya belum punya, beberapa pabrikan mokit :
Diperoleh berita dari milis PT Garuda Indonesia (Persero) menyerahkan dua unit pesawat Boeing 737-400 kepada TNI Angkatan Udara. Penyerahan dua unit pesawat Boeing itu dilakukan oleh Dirut PT Garuda (persero) Emirsyah Satar kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, di Jakarta, Rabu (9/3).
Kasau mengemukakan, meski pesawat telah beralih fungsi sebagai pesawat angkut VIP militer, tidak ada modifikasi khusus terhadap dua pesawat yang dibeli dengan harga Rp90 miliar itu.Pemeliharaan, imbuhnya, akan dilakukan bersama antara GMF dan TNI Angkatan Udara. Dua pesawat Boeing 737-400 masing-masing bernomor regsitrasi A-7305 dan A-7306 itu akan memperkuat Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma
Di dalam
pesawat, ruangan passenger terbagi menjadi 2 yaitu bagian VIP yang
berisi 4 kursi dan 2 meja. Letaknya berada di dekat pintu masuk depan di
belakang kokpit pesawat. Interior pesawat ini terlihat lux dan nyaman. Di belakang
ruang VIP, terdapat ruangan berisi 2 sleepery seat. Lalu di sampingnya
ada semacam tempat meletakan bagasi bagi tamu VIP yang menggunakan
pesawat itu. "Sleepery seat
kalau beliau (VIP) capek dan mau istirahat tidur. Kursinya bisa
ditidurkan. Kalau bagasi khusus ini untuk barang-barang VIP ya," ucap
perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 itu. Kursi penumpang
lainnya berada di belakang ruang sleapery seat dan hampir sama dengan
pesawat Boeing pada umumnya. Kursi berwarna biru terbuat dari bahan yang
lembut sehingga membuat nyaman. Di bagian penumpang ini terdapat
lambang TNI AU yang cukup besar.
Ada 15 kru
pesawat Boeing A-7305 dalam tugasnya mengantar Moeldoko ke Pangkalan Bun
ini. Kru tersebut termasuk 2 Pilot, 1 Copilot, Flight Engineer, Juru
Radio Udara, load master, Pramugari, dan Pramugara. Kokpit pesawat
sendiri tidak begitu lebar, dan terdapat banyak instrumen di dalamnya.
Di sisi kiri merupakan instrumen untuk mesin, di kanan adalah instrumen
untuk penerbangan. Di bagian atas juga terdapat tombol-tombol atau over
head panel yang merupakan instrumen pengendalian lainnya di pesawat.
Seperti operate fuel, electric, hidrolic, dan AC. Menurut sang
Copilot, Lettu Pnb Kresna Hendra Wibawa (28), keunggulan Boeing jenis
classic tersebut adalah sudah bisa auto landing. Jadi saat pendaratan,
pesawat ini sudah bisa dikendalikan otomatis. "Bisa auto
land, syaratnya ada 2. Command A dan command B, dua-duanya harus aktif.
Mulai approching sampai landing, pilot hands off, pesawat sudah bisa
mendarat sendiri," jelas Kresna. "Biar yakin
nyalain dua-duanya auto pilotnya itu. Nggak usah diapa-apain, kita
tinggal arahin power aja. Pesawat ini bisa terbang dengan ketinggian
maksimum 37 ribu feet. Jelajah bisa untuk 5 jam, kalau speed maksimum
tergantung ketinggian juga sih," sambung lulusan Sekolah Penerbang
angkatan ke 78 itu.
Pesawat
jet berbadan sempit itu juga bisa mendeteksi adanya wind shear atau
turbulance yang terjadi di permukaan. Akan ada suara peringatan jika ada
wind shear sehingga pilot akan bisa menghindarinya. "Keunggulan
sistemnya, flight management system sudah couple dengan auto pilot.
Lateral Nav dan Vertical Nav, kita pakai auto pilot, itu pesawat nggak
usah diapa-apain. Kalau Boeing classic ke atas sudah gini semua," tutur
Kresna yang sudah memiliki 1300 jam terbang tersebut. Boeing VIP itu
disebut Kresna membutuhkan landasan minimum 1850 meter untuk beroperasi.
Tak hanya membawa pejabat penting dalam negeri, pesawat ini ternyata
pernah membawa Sekjen PBB Ban-Ki Moon dari Bali menuju Samoa. "Pesawat ini
pernah bawa Sekjen PBB, waktu itu saya juga ikut antar Ban-Ki Moon ke
Samoa, negara di Pasific. Kita berangkat malam sampai sana sore," tutup
perwira yang kini berdinas di Skadron 17 itu. http://defense-studies.blogspot.com/2015/01/melihat-dari-dekat-boeing-737-classic.html
Modelkitnya sy blm punya, ada beberapa pabrikan dg bbrp skala 1/144, 1-200 dan 1/72. Jika diperoleh nantinya akan diberi marking dan decal TNI-AU sesuai photo di atas