Boeing 737-400
Diperoleh berita dari milis PT Garuda Indonesia (Persero) menyerahkan dua unit pesawat Boeing 737-400 kepada TNI Angkatan Udara. Penyerahan dua unit pesawat Boeing itu dilakukan oleh Dirut PT Garuda (persero) Emirsyah Satar kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, di Jakarta, Rabu (9/3).
Kasau mengemukakan, meski pesawat telah beralih fungsi sebagai pesawat angkut VIP militer, tidak ada modifikasi khusus terhadap dua pesawat yang dibeli dengan harga Rp90 miliar itu.Pemeliharaan, imbuhnya, akan dilakukan bersama antara GMF dan TNI Angkatan Udara. Dua pesawat Boeing 737-400 masing-masing bernomor regsitrasi A-7305 dan A-7306 itu akan memperkuat Skuadron Udara VIP 17 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma
sumber: http://www.republika.co.id/berita/br...g-kepada-tniau
Di dalam pesawat, ruangan passenger terbagi menjadi 2 yaitu bagian VIP yang berisi 4 kursi dan 2 meja. Letaknya berada di dekat pintu masuk depan di belakang kokpit pesawat. Interior pesawat ini terlihat lux dan nyaman.
Di belakang ruang VIP, terdapat ruangan berisi 2 sleepery seat. Lalu di sampingnya ada semacam tempat meletakan bagasi bagi tamu VIP yang menggunakan pesawat itu.
"Sleepery seat kalau beliau (VIP) capek dan mau istirahat tidur. Kursinya bisa ditidurkan. Kalau bagasi khusus ini untuk barang-barang VIP ya," ucap perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 itu.
Kursi penumpang lainnya berada di belakang ruang sleapery seat dan hampir sama dengan pesawat Boeing pada umumnya. Kursi berwarna biru terbuat dari bahan yang lembut sehingga membuat nyaman. Di bagian penumpang ini terdapat lambang TNI AU yang cukup besar.
Ada 15 kru pesawat Boeing A-7305 dalam tugasnya mengantar Moeldoko ke Pangkalan Bun ini. Kru tersebut termasuk 2 Pilot, 1 Copilot, Flight Engineer, Juru Radio Udara, load master, Pramugari, dan Pramugara.
Kokpit pesawat sendiri tidak begitu lebar, dan terdapat banyak instrumen di dalamnya. Di sisi kiri merupakan instrumen untuk mesin, di kanan adalah instrumen untuk penerbangan. Di bagian atas juga terdapat tombol-tombol atau over head panel yang merupakan instrumen pengendalian lainnya di pesawat. Seperti operate fuel, electric, hidrolic, dan AC.
Menurut sang Copilot, Lettu Pnb Kresna Hendra Wibawa (28), keunggulan Boeing jenis classic tersebut adalah sudah bisa auto landing. Jadi saat pendaratan, pesawat ini sudah bisa dikendalikan otomatis.
"Bisa auto land, syaratnya ada 2. Command A dan command B, dua-duanya harus aktif. Mulai approching sampai landing, pilot hands off, pesawat sudah bisa mendarat sendiri," jelas Kresna.
"Biar yakin nyalain dua-duanya auto pilotnya itu. Nggak usah diapa-apain, kita tinggal arahin power aja. Pesawat ini bisa terbang dengan ketinggian maksimum 37 ribu feet. Jelajah bisa untuk 5 jam, kalau speed maksimum tergantung ketinggian juga sih," sambung lulusan Sekolah Penerbang angkatan ke 78 itu.
Pesawat jet berbadan sempit itu juga bisa mendeteksi adanya wind shear atau turbulance yang terjadi di permukaan. Akan ada suara peringatan jika ada wind shear sehingga pilot akan bisa menghindarinya.
"Keunggulan sistemnya, flight management system sudah couple dengan auto pilot. Lateral Nav dan Vertical Nav, kita pakai auto pilot, itu pesawat nggak usah diapa-apain. Kalau Boeing classic ke atas sudah gini semua," tutur Kresna yang sudah memiliki 1300 jam terbang tersebut.
Boeing VIP itu disebut Kresna membutuhkan landasan minimum 1850 meter untuk beroperasi. Tak hanya membawa pejabat penting dalam negeri, pesawat ini ternyata pernah membawa Sekjen PBB Ban-Ki Moon dari Bali menuju Samoa.
"Pesawat ini pernah bawa Sekjen PBB, waktu itu saya juga ikut antar Ban-Ki Moon ke Samoa, negara di Pasific. Kita berangkat malam sampai sana sore," tutup perwira yang kini berdinas di Skadron 17 itu.
http://defense-studies.blogspot.com/2015/01/melihat-dari-dekat-boeing-737-classic.html
Di dalam pesawat, ruangan passenger terbagi menjadi 2 yaitu bagian VIP yang berisi 4 kursi dan 2 meja. Letaknya berada di dekat pintu masuk depan di belakang kokpit pesawat. Interior pesawat ini terlihat lux dan nyaman.
Di belakang ruang VIP, terdapat ruangan berisi 2 sleepery seat. Lalu di sampingnya ada semacam tempat meletakan bagasi bagi tamu VIP yang menggunakan pesawat itu.
"Sleepery seat kalau beliau (VIP) capek dan mau istirahat tidur. Kursinya bisa ditidurkan. Kalau bagasi khusus ini untuk barang-barang VIP ya," ucap perwira lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995 itu.
Kursi penumpang lainnya berada di belakang ruang sleapery seat dan hampir sama dengan pesawat Boeing pada umumnya. Kursi berwarna biru terbuat dari bahan yang lembut sehingga membuat nyaman. Di bagian penumpang ini terdapat lambang TNI AU yang cukup besar.
Ada 15 kru pesawat Boeing A-7305 dalam tugasnya mengantar Moeldoko ke Pangkalan Bun ini. Kru tersebut termasuk 2 Pilot, 1 Copilot, Flight Engineer, Juru Radio Udara, load master, Pramugari, dan Pramugara.
Kokpit pesawat sendiri tidak begitu lebar, dan terdapat banyak instrumen di dalamnya. Di sisi kiri merupakan instrumen untuk mesin, di kanan adalah instrumen untuk penerbangan. Di bagian atas juga terdapat tombol-tombol atau over head panel yang merupakan instrumen pengendalian lainnya di pesawat. Seperti operate fuel, electric, hidrolic, dan AC.
Menurut sang Copilot, Lettu Pnb Kresna Hendra Wibawa (28), keunggulan Boeing jenis classic tersebut adalah sudah bisa auto landing. Jadi saat pendaratan, pesawat ini sudah bisa dikendalikan otomatis.
"Bisa auto land, syaratnya ada 2. Command A dan command B, dua-duanya harus aktif. Mulai approching sampai landing, pilot hands off, pesawat sudah bisa mendarat sendiri," jelas Kresna.
"Biar yakin nyalain dua-duanya auto pilotnya itu. Nggak usah diapa-apain, kita tinggal arahin power aja. Pesawat ini bisa terbang dengan ketinggian maksimum 37 ribu feet. Jelajah bisa untuk 5 jam, kalau speed maksimum tergantung ketinggian juga sih," sambung lulusan Sekolah Penerbang angkatan ke 78 itu.
Pesawat jet berbadan sempit itu juga bisa mendeteksi adanya wind shear atau turbulance yang terjadi di permukaan. Akan ada suara peringatan jika ada wind shear sehingga pilot akan bisa menghindarinya.
"Keunggulan sistemnya, flight management system sudah couple dengan auto pilot. Lateral Nav dan Vertical Nav, kita pakai auto pilot, itu pesawat nggak usah diapa-apain. Kalau Boeing classic ke atas sudah gini semua," tutur Kresna yang sudah memiliki 1300 jam terbang tersebut.
Boeing VIP itu disebut Kresna membutuhkan landasan minimum 1850 meter untuk beroperasi. Tak hanya membawa pejabat penting dalam negeri, pesawat ini ternyata pernah membawa Sekjen PBB Ban-Ki Moon dari Bali menuju Samoa.
"Pesawat ini pernah bawa Sekjen PBB, waktu itu saya juga ikut antar Ban-Ki Moon ke Samoa, negara di Pasific. Kita berangkat malam sampai sana sore," tutup perwira yang kini berdinas di Skadron 17 itu.
http://defense-studies.blogspot.com/2015/01/melihat-dari-dekat-boeing-737-classic.html
Modelkitnya sy blm punya, ada beberapa pabrikan dg bbrp skala 1/144, 1-200 dan 1/72. Jika diperoleh nantinya akan diberi marking dan decal TNI-AU sesuai photo di atas
mokit rakitan modeller :
WA +62 811-102-747 - Carter Pesawat Jakarta
BalasHapus