Jika dilihat sepintas bagi orang awam pesawat ini terlihat mirip Piper L4-J, hanya beda di"moncong" enginenya saja. Federasi Aero Sport Indonesia(FASI) selama ini menggunakanya untuk menarik pesawat glider. Dari logo DKI Jaya pada siriptegaknya, maka pesawat ini kemungkinan dapat dilihat di Lanud Pondok Cabe, Cinere Jaksel yang setiap hari Sabtu dan Minggu ramai aktifitas olah raga dirgantara (Ordiga)
Apakah nanti pesawat ini juga akan dimusiumkan? Keknya jauh bgt deh..lha pesawat militer laen yg sehrsnya dipajang dimuseum aja saat ini msh banyak brada dilanud-lanud aktif.
Modelkitnya belum ditemukan pabrikan yang membuat, namun jika ingin memodivikasi dari mokit sejenis mungkin model Piper Super Cub ah yang paling mirip...coba lihat box kit di bawah:
Sepintas bagi orang awam pesawat ini mirip model Cessna deh. Dari penelusuran dimilis http://weaponstechnology.blogspot.com/2011/06/penerbangan-tni-al.html ada photo pesawat ini yang kelihatanya digunakan TNI-AL sebagai pesawat latih pada skadron udara 200, belum ditemukan cerita ataupun photo-photo lain saat pesawat ini masih aktif operasional.
nih ada sepotong info mengenai sejarah pabrik pesawat ini:
Aero Commander
Dec 1944: Aero Engr Co. 1950: Aero Design & Engr Corp (Ted
Smith et al), Culver City CA. 1950: Aero Commander Inc, Bethany OK.
c.1958: Aero Design & Engr Co. 1963: Ted Smith left company to found
Aerostar Co. 1965: Aero Commander Div of Rockwell Standard Corp;
acquired rights to Snow S-2. 1965: Acquired rights and tooling to Meyers
200; Albany GA. 1967: Ended operations when Rockwell Standard merged
with North American Corp as North American Rockwell/Rockwell Commander
Inc. 197?: General Aviation Div, North American Rockwell. SEE ALSO
Butler Mfg Co; Ted Smith & Associates (Aerostar Corp), Santa Maria
CA; Aero Design & Engr, Bethany OK; Aerostar Aircraft Corp, Couer
d'Alene ID.
Aero Commander 100 Cadet [N3871X] (Ron Dupas)
100, Cadet, Darter 1965 = Continuance of Volaire 1050. 4pChwM; 150hp ?; load: 970 v: 142/128/48 rang: 510 ceiling: 13,000. $8,950 in 1969. Name changed to Darter in 1968. http://www.aerofiles.com/_ab.html
Peninggalan atau monumennya ada didepan kantor Kobangdikal Morokrembangan Surabaya
2019 berada di depan Senerbal (sekolah penerbang tni al di juanda)
Modelkitnya saya belum dapat, jika ingin membuatnya boleh dicoba dengan menggunakan bahan dari modelkit Cessna 172 Minicraft Model skala 1/48 , karena mirip dan tidak perlu modivikasi banyak coba lihat box kit di bawah :
Monumen pesawat ini dapat dilihat di Lanud Pondok Cabe Cinere Tangsel seperti tampak photo di atas.
Modelkitnya belum ditemukan pabrikan yang membuat, tapi apabila ingin membuat modelkitnya mungkin dapat memodivikasi dari pesawat sejenis seperti Briten Norman Islander.
PT Dua Satu Tiga Puluh (DSTP) secara resmi menandatangani perjanjian kerja sama pertama dengan PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Melalui kesepakatan itu, PT DSTP menunjuk IPTN untuk mengembangkan atau melakukan penelitian dan pengembangan pesawat jet N-2130.Pesawat N-2130 adalah pesawat jet komuter berkapasitas 80-130 penumpang rancangan asli IPTN (Sekarang PT Dirgantara Indonesia,PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia.(http://aircraft-manufacture.blogspot.com/2009/09/desain-terbaru-n-2130.html)
Sayang sekali proyek ini kandas ditengah jalan karena krisis moneter, hingga saat ini belum ada prototipe yang dapat diterbangkan. Padahal jika dapat diproduksi mungkin TNI-AU dapat menggunakan sebagai pesawat VVIP kepresidenan atau sebagai pesawat air and maritime surveillance.
Modelkitnya..belum diketemukan, jika ingin membuatnya harus memodivikasi dari pesawat sejenis yang mirip seperti Airbus A319 atau Boeing 737-300 seperti photo box di atas.
Photo2 menjelang peluncuran November 2015 by http://jakartagreater.com/jelang-peluncuran-pesawat-n-219/
photo terakhir Nov 13 Nov 15 by Roby Aeros Cahyadi :
photo by jabar.tribunnews.com
by Angkasa Review
HEBAT !! PT DI MULAI PERSIAPKAN PROTOTIPE PESAWAT N219 AMPHIBI
Sosialisasi
Hasil Feasibility Studi Pengembangan N219 Amfibi dipaparkan bahwa
dengan karakteristik negara Indonesia yang merupakan negara kepulauan
dan memiliki banyak danau sangat memungkinkan untuk membuat alat
transportasi untuk mempersingkat waktu tempuh sehingga lebih kompetitif
dan berdaya saing. Untuk melaksanakan tugas tersebut,
LAPAN didukung BAPPENAS dalam merencanakan pengembangan varian dari
pesawat N219 Nurtanio Amfibi. Setiap daerah memiliki potensi pariwisata
bahari, banyak terdapat sungai dan danau yang besar kemungkinan
lokasinya relatif sulit untuk dibangun landasan pesawat.
Sedangkan untuk membangun sebuah Amfibi Port, tidak perlu diperlukan
biaya yang mahal ujar Budi Sampurno selaku Project Manager N219A.
“Diharapkan dengan berhasilnya program Amfibi ini, Indonesia akan
menjadi pemimpin penggunaan pesawat jenis Amfibi di regional Asia
Tenggara dan dapat dengan mudah mengakses wilayah terpencil dan
kepulauan terpencil di Indonesia. Inilah bukti LAPAN mengabdi
pada kemajuan Indonesia sesuai amanat UU”, Imbuh Gunawan Setyo Prabowo,
Kepala Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) LAPAN.(LAPAN)
Pesawat N219 Amfibi buatan PT DI
Pesawat N219A (Amfibi) ditargetkan menjalani terbang perdana pada 2023. Mengenai sistem floating-nya, dikembangakan bersama oleh LAPAN dengan Aerocet Inc dari AS serta akan melibatkan perusahaan lokal PT Lundin Industry Invest dari Banyuwangi. -RBS-
Sumber : Airspace Review
Foto: LAPAN
18th flight test
N219 First Landing Bandara Nusawiru,
PK-XDP Butan PT.Dirgantara Indonesia
Better Aircraft - Cessna SkyCourier vs N219 Nurtanio
Better Aircraft - Twin Otter vs N219 Nurtanio
NURTANIO N-219 (PT Dirgantara Indonesia dan LAPAN)
Khabar terkini dari Defense Studies (Sept 2018) tentang pesawat ini adalah ;
Prototipe
kedua pesawat N-219 buatan PT Dirgantara Indonesia telah selesai dan
siap menjalani serangkaian tes untuk keluarnya sertifikasi pesawat
angkut ringan N-219 "Nurtanio" hasil rancangan LAPAN.
Total
4 unit prototipe diperlukan untuk proses sertifikasi pesawat ini. Dua
unit dibuat secara "full-complete" karena akan menjalani "flight test",
sedangkan dua unit lagi tidak dalam keadaan "full complete" karena untuk
menjalani "structure test" di laboratorium dan tidak untuk terbang.
Untuk prototipe pesawat yang akan menjalani "flight test" yaitu pesawat pertama dan kedua sebagaimana dikutip dari IndoAviation akan
menajalani misi yang berbeda. Pesawat kesatu akan menyelesaikan
pengujian performa dan struktur, sedangkan pesawat kedua untuk pengujian
sistem, seperti avionic system, electrical system, dan flight control.
Flight
test akan dilakukan oleh pesawat pertama dan kedua, dari 100 persen
subject flight test, dibagi menjadi dua, 50:50, sehingga flight test
dapat optimal dan memungkinkan untuk bisa selesai dalam tahun ini.
Pesawat
ketiga dan keempat akan menjalani fatigue test yang membutuhkan 3000
cycle fatigue test untuk mendapatkan Type Certificate di akhir tahun
2018. Pengujian kekuatan struktur dan uji kelelahan tersebut
dilaksanakan di gedung MMC PTDI di Bandung.
Setelah
mendapatkan Type Certificate dari Direktorat Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara Departemen Perhubungan RI, dimulailah
tahapan serial production untuk mendapatkan sertifikasi produksi
(Production Certificate). Diharapkan pada pertengahan tahun 2019 pesawat
ini sudah mulai masuk produksi massal dan memasuki pasar.
Bandung –
Prototype pesawat pertama N219 karya anak bangsa dari PT Dirgantara Indonesia
melakukan uji coba penerbangan perdana (flight test) di landasan pacu Bandara
Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat, Rabu, 16/8/2017. Uji coba penerbangan
perdana pesawat ini dilakukan sekitar pukul 09.10 WIB, dan disaksikan langsung
oleh Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Agus
Santoso, Dirut PT Dirgantara Indonesia (DI) Budi Santoso, dan seluruh jajaran
Direksi dan Dewan Komisaris PT DI. Uji coba penerbangan dilakukan setelah
purwarupa pesawat pertama N219 mendapatkan Certificate of Airworthiness dari
Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasional Pesawat Udara, Kementerian
Perhubungan.
Purwarupa pesawat pertama N219 diterbangkan oleh pilot
Kapten Esther Gayatri Saleh dan co-pilot Kapten Adi Budi Atmoko. Penerbangan
perdana pesawat N219 ini ikut serta Ir Yustinus K yang bertindak sebagai Flight
Test Engineer untuk memastikan setiap tahapan pengujian terbang dilaksanakan
dengan baik dan benar serta terjamin unsur keselamatannya. Lama penerbangan
perdana prototype pesawat pertama N219 dilakukan sekitar 20 menit dengan rute
di kawasan Batujajar dan Waduk Saguling.
Untuk
Penerbangan Perintis
Asisten Khusus
Pengembangan Pesawat Terbang PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana
mengatakan Pesawat N219 dirancang untuk melayani penerbangan perintis di
Indonesia seperti kawasan Pulau Papua dan Kalimantan. “Ini pesawat kecil untuk
19 penumpang dan dirancang untuk kebutuhan Indonesia di penerbangan perintis,”
ujar Andi Alisjahbana, di sela-sela uji coba penerbangan perdana Purwarupa
Pesawat N219, di PT DI Kota Bandung, Rabu, 16/8/2017. Pesawat ini, juga
dilengkapi dengan “avionic” canggih yang memiliki informasi navigsi yang banyak
sehingga bisa terbang di pedalaman seperti Papua dan Kalimantan. Ditargetkan
Pesawat N219 untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, khususnya bagi
kebutuhan transportasi udara di pedalaman. “Target utama konsumsi dalam negeri,
kebutuhan bangsa Indonesia supaya lebih erat dan terjangkau,” kata Andi
Alisjahbana, dirilis Antara, 16/b/2017.
Uji coba
penerbangan pertama Purwarupa I Pesawat N219 menjadi tonggak sejarah bagi
bangsa Indonesia. “Jadi ini semacam, boleh kita katakan satu bangsa, bangsa
yang bisa membuat dan merancang sendiri di Asia, mungkin hanya Jepang, Korea,
China dan Indonesia. Jadi ini kemampuan luar biasa event di dunia yang penting
bukan itu, tapi ini sejarah,” kata Andi Alisjahbana.
by https://jakartagreater.com/pesawat-n219-terbang-perdana-20-menit/
Bandung (MI) : Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil mengembangkan N219
buatan sendiri. Ini dibuktikan, dengan First Cutting Detail Part
Manufacturing N219 yang dilakukan hari ini, Selasa 9 September 2014, di
Bandung.
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan, Jasyanto, kegiatan ini
merupakan pemotongan pertama Detail Part Manufacturing (DPM), pertanda
dimulainya pembuatan komponen airframe N219.
"Saat ini, N219 telah mencapai tahap produksi komponen. Proses DPM ini
merupakan satu tahapan penting dalam pembuatan pesawat," kata Jasyanto,
dalam keterangan resminya.
N219 disebut-sebut sebagai pesawat perintis berpenumpang 19 orang yang
mampu mendarat di landasan pendek di ketinggian ekstrem.
"Lapan melalui Pusat Teknologi Penerbangan siap membangkitkan kembali
industri penerbangan nasional. Setelah seluruh proses pengembangan
prototipe N219 selesai, pesawat ini akan diproduksi massal oleh BUMN
Penerbangan, PT DI (Dirgantara Indonesia)," ujar Jasyanto.
Program N219 dimulai sejak 2006, dengan melakukan kajian pasar dan
kelayakannya. Lapan telah mengalokasikan anggaran dan melibatkan
engineer di bidang aerodinamika, struktur, propulsi, navigasi, dan
avionik pesawat untuk mengembangan N219.
"Tahun 2008 hingga 2012, dilanjutkan dengan membuat desain konsep dan
melakukan uji wind tunnel (terowongan angin). Saat ini, N-219 berada
pada fase detail design dan tooling design yang akan selesai pada
Oktober 2014," katanya.
Diharapkan, kata Jasyanto, Lapan akan menyelesaikan pembangunan pesawat
ini sepenuhnya dan menunjukkannya kepada publik pada 10 Agustus 2015.
Sementara itu, pesawat ini direncanakan terbang untuk pertama kali pada
Desember 2015. Kemudian, pesawat akan memasuki proses sertifikasi yang
akan selesai pada Oktober 2016.
Selain untuk membangkitkan industri penerbangan nasional, N219 dibangun
juga sebagai pengembangan pesawat perintis di Indonesia timur dan
pulau-pulau kecil.
Pengembangan pesawat ini optimistis dapat meningkatkan industri
penerbangan dalam negeri. Hal ini, disebabkan potensi pasar bagi N219
sangat besar karena tingginya kebutuhan pesawat dalam negeri, diiringi
pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia terus meningkat
setiap tahun.
Bukti tingginya kebutuhan transportasi udara di dalam negeri terlihat,
dari banyaknya pihak yang memesan pesawat ini. Bahkan, saat ini, sudah
ada pesanan sebanyak 150 pesawat dari berbagai maskapai penerbangan dan
industri.
N-219 Cocok untuk Penerbangan Pulau Kecil
Pesawat N-219 yang diprodukasi Lapan dengan pengerjaan oleh PT
Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan pesawat jenis perintis yang cocok
digunakan untuk Indonesia timur dan pulau-pulau kecil dengan landasan
pacu pendek dan ketinggian ekstrem. Pesawat ini berpenumpang 19 orang
dengan sistem cokpit digital dan teknologi canggih berbiaya murah.
Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso menyampaikan hal itu pada
"First Cutting Detail Part Manufacturing N219". Kegiatan ini merupakan
pemotongan pertaman detail part manufacturing (DPM) atau dimulainya
pembuatan komponen airframe N219. Proses ini merupakan satu tahapan
penting dalam pembuatan pesawat, berlangsung di Hanggar Produksi KPII PT
Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran, Bandung, Selasa (9/9/2014).
Menurut Budi, N219 dibuat dengan teknologi canggih menggunakan 60 persen
komponen lokal berbiaya murah. Diharapkan, meskipun berbiaya murah
tetapi penjualannya semahal mungkin dengan tujuan untuk mengembangkan
industri penerbangan lainnya.
Pesawat N219 dapat tinggal landas di landasan pendek 600 meter dengan
ketinggian terbang mencapai 3000 an dan daya jelajah 800 mil atau sejauh
jarak tempuh Jakarta-Surabaya. Pesawat ini dibuat pertama dua unit
dengan biaya sebesar Rp 400 milyar pada tahun pertama (2014) dan Rp 90
miliar untuk tahun kedua (2015).
Program N219 sebenarnya kata Budi sudah dirancang 10 tahun silam. Namun
karena kesulitan teknis dan non teknis baru dapat dikerjakan mulai 2006
dengan melalukan kajian pasar dan kelayakannya.
Dibandingkan dengan pesawat sejenis, N219 memiliki keunggulan berbeda.
Selain jumlah penumpangnya berlebih, rata-rata pesawat sejenis seperti
Cesna atau yang lainnya hanya berpenumpang 15 orang sedangkan N219
berpenumpang 19 orang, bagian cokpit pesawat juga sudah menggunakan
sistem digital.
Pesawat ini, menurut Ketua Lapan Thomas Jamaludin dapat menggantikan
sistem angkut hasil pertanian berupa coklat, cengkeh, dll yang semula
menggunakan kapal laut. "Ini diharapkan menjadi landasan untuk Indonesia
bangkit menjadi bangsa yang maju dan mandiri," ujar Thomas.
Sumber : VIVAnews , Pikiran-rakyat
PT.DI menargetkan pesawat produksi dalam negeri ini akan diperkenalkan
kepada publik pada bulan November 2015. Pada body pesawat ini juga ada
logo Lapan, yang menunjukkan Lapan turut serta dalam pembangunan pesawat
ini. Seperti tampak pada photo2 diatas.
Ngebut Jam Terbang PD 1 N219
PESAWAT N219 PK-XDT TERBANG BERSAMA KODIAK PK-NZK
3 MINGGU TERBANG DI NUSAWIRU DAPAT 40 JAM //N219 PULANG KE BANDUNG
N219 First Landing Bandara Nusawiru, PK-XDP Butan PT.Dirgantara Indonesia
Pesawat N219 & Agusta Helicopter Vip Susi Air Take off from Airport Nusawiru
Test Flight N219 Bandung Landing Nusawiru
KEREEEN!! INILAH PESAWAT BUATAN PUTRA-PUTRI INDONESIA
Modelkitnya belum ada pabrikan yang membuat, maka harus kita modivikasi sendiri dari mokit pesawat lain yang sejenis, sementara ini telah ditemukan bahan utk memodivikasinya yaitu jenis mokit pesawat Let L-410UVP buatan Czechoslovakia, atau mokitya merk Gavia, Amodel, skala 1/72. Kalau saya punya modelkit L-410 tersebut akan saya modiv menjadi N-219, markingnya akan dibuat sesuai dengan user yang akan menggunakan pesawat tersebut nantinya.
photo dibawah adalah mokit rakitan http://designer.home.xs4all.nl/models/czech/czech.htm
photo berikut adalah bekas pesawat L-410 yg dijadikan cafe di jl pasarkembang yogyakarta
by alm. Dicky Hertanto
pd saat aktif by indoflyernet com
pesawat yg mirip lainya adalah
Twin Otter 400:
Kalau ingin memakai bahan Twin Otter 400 maka dapat dilihat perbandingannya sbb ;