LAPIP X-6 Kolentang
LAPIP X-8 Mayang
Yum Soemarsono Helicopter RI-H
Pertama kali membuat/merancang helikopter pada tahun 1948, RI-H. Sayang tidak berbekas karena dihancurkan oleh pesawat pembom Belanda, P-40 Warhawk pada Agresi Militer Belanda II tanggal 19 desember 1948 di daerah pembuatannya, yakni di Desa Tarikngarum, sebelah timur Gunung Lawu, Jawa Timur. RI-H pada photo di atas memiliki panjang 5,75 m di tenagai mesin BMW 500 cc, 24 pk, dan kecepatan putaran 3000 RPM. Bahan rotornya adalah duralminium, diameter rotor 6,75 m dengan profil NACA 23012 pada chord 20 cm. Sementara baling-baling ekornya berdiameter 85 cm.(http://www.indoflyer.net/forum/tm.asp?m=350606) mau tau otobiografinya liat aja disini http://biografi.rumus.web.id/biografi-yum-soemarsono-bapak-helikopter-indonesia/Heli kedua karyanya diberi julukan YSH dari inisial namanya sendiri Yum serta Soeharto dan Hatmojo rekannya yang turut menyumbangkan dana untuk pengembangan helikopter ini. Namun nasib sial terulang kembali, heli ini rusak karena terjatuh dari truk akibat tiang rotornya tersangkut kabel listrik ketika dibawa dari Yogya menuju Kalijati. Heli ini masih menggunakan mesin RI-H yang sempat dipreteli sebelum serangan udara Belanda terjadi yang menghancurkan rangka badannya meski telah disembunyikan disemak belukar. Sempat pula diuji coba dan mengudara walau hanya beberapa centimeter dari atas tanah.
Tahun 1954 dibangun
helikopter ke-3 yang sedikit lebih besar dibanding YSH, dengan nama
Soemarkopter yang dibangun di Bengkel Induk 90 - Bandung. Heli bermesin
dengan daya 60 pk ini justru diterbangkan pertama kali oleh Leonard
Paris, yang kebetulan berada di Indonesia bertugas sebagai teknisi
sekaligus merangkap instruktur helikopter Hiller yang dibeli Indonesai
saat itu. Terbang setinggi satu kaki pada 10 April 1954. Ketika Yum
belajar terbang helikopter ke Amerika Serikat, heli ini ditipkannya di
LAPIP, namun ketika kembali tahun 1955 heli ini tak ada ditempatnya,
raib tanpa bekas entah kemana.
Ketika menjadi pilot
heli kepresidenan pada tahun 1963, Presiden Soekarno sempat memberi
dorongan kepadanya untuk membuat helikopter kembali. Heli ke-empat yang
diberi nama Kepik oleh Presiden Soekarno ini dibuat di bengkel AU
Hussein Sastranegara - Bandung. Pada tanggal 22 Maret 1964 di
halaman Pindad, Yum mencoba menerbangkan heli ini, namun setelah
terangkat dari tanah rotor utama terlepas yang menyabet lengan kirinya
hingga putus serta meminta korban nyawa seorang pembantu dekatnya.
Inilah akhir karya bapak helikopter nasional ini.
Kemandirian dalam
upaya pengembangan helikopter nasional juga dilakukan LAPIP (Lembaga
Persiapan Industri Penerbangan) yang berdiri Desember 1961, selain
mengembangkan pesawat ringan sayap tetap juga berhasil membuat
helikopter ringan eksperimental sebanyak dua jenis. Yang pertama
gyrocopter yang diberi nama X-06 Kolentang berhasil mengudara tahun 1962
dan sebuah lagi helikopter satu penumpang X-08 Mayang yang terbang
perdana 25 Maret 1964. Kedua prototype helikopter ini sempat
diperlihatkan untuk umum dalam pameran Research Nasional I di Gedung
Pola - Jakarta bulan Juli 1965.
Author by Sudirosumbodo
https://aviahistoria.com/2017/07/13/koelentang-si-kursi-terbang-buatan-nurtanio/
Teknologi ini merupakan buah karya Juan de la Cierva. Insinyur asal Spanyol ini mendemonstrasikan karyanya pertama kali pada tanggal 9 January 1923 di Madrid. Berikutnya beberapa perusahaan membuat variasi girokopter dan digunakan untuk layanan pos. Saat Perang Dunia II, walaupun terbatas, tipe girokopter dipakai sebagai intai artileri, observasi, bahkan tugas anti kapal selam.
Koelentang mengambil basis desain dari Bensen B-8M karya Ir. Igor Bensen, imigran Rusia yang tinggal di Amerika Serikat. Aslinya bermesin McCulloch 72 pk tapi dimodifikasi oleh Nurtanio dengan memasang mesin VW. Tapi sebelum dipasang mesin, Koelentang diuji karakteristik terbangnya lebih dahulu tanpa mesin dengan ditarik mobil jeep layaknya sebuah pesawat layang (glider).
Setelah serangkaian percobaan tanpa mesin dan terbukti terbang stabil, barulah Kolentang dipasang mesin dan diuji coba terbang untuk pertama kalinya oleh Nurtanio di Pangkalan Udara Husein Sastranegara pada tanggal 4 Juli 1963.
Nurtanio menganggap girokopter sebagai bukan saja kendaraan udara, melainkan juga kendaraan darat. Dengan bentuk sederhana dan ukurannya yang kecil, girokopter dapat lepas landas dari lapangan bola dan mendarat secara vertikal.
Dia berencana mendemonstrasikan Koelentang ini sebagai kendaraan hibrida (hybrid). Dari Bandung menuju Jakarta, Nurtanio akan mengeluarkan girokopter ini dari garasi rumahnya di Jl. Cendana, Bandung, menggunakan mesin pendorong untuk bergerak di jalan raya menuju Husein Sastranegara.
Dari Husein Sastranegara, Koelentang terbang menuju Bandara Internasional Kemayoran. Setelah sampai kendaraan ini kembali bergerak melalui jalan raya daerah Jakarta Pusat menuju Markas Besar AURI di Tanah Abang Bukit. Diperhitungkan waktu perjalanan mencapai 1,5 jam dan jika menghadapi cuaca buruk, Nurtanio akan mendaratkan Koelentang di lapangan bola yang waktu itu masih ada di setiap kecamatan.
Tidak ada informasi apakah demonstrasi ini pernah dilakukan Nurtanio. Tentunya bila jadi dilaksanakan, diperlukan izin dari kepolisian. Sayangnya Koelentang tidak bisa diselamatkan untuk menjadi koleksi museum, generasi muda saat ini hanya mengenalnya dari foto-foto dokumentasi yang ada. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)
Author by Sudirosumbodo
https://aviahistoria.com/2017/07/13/koelentang-si-kursi-terbang-buatan-nurtanio/
Awal 1960-an, saat Nurtanio dipercaya memimpin LAPIP (Lembaga Persiapan Industri Penerbangan), banyak ide-ide yang dihasilkan, salah satunya adalah prototipe gyrocopter bernama Koelentang alias Kursi Terbang.
Gyrocopter atau girokopter, atau sering disebut juga autogyro (otogiro), merupakan mesin terbang mirip helikopter. Beda dengan helikopter, girokopter terbang menggunakan mesin sebagai pendorong, sedangkan baling-baling utama tidak terhubung dengan mesin melainkan bebas berputar. Saat memperoleh kecepatan yang cukup maka baling-baling utama berputar menjadi sayap dan kendaraan unik ini dapat mengangkasa.Teknologi ini merupakan buah karya Juan de la Cierva. Insinyur asal Spanyol ini mendemonstrasikan karyanya pertama kali pada tanggal 9 January 1923 di Madrid. Berikutnya beberapa perusahaan membuat variasi girokopter dan digunakan untuk layanan pos. Saat Perang Dunia II, walaupun terbatas, tipe girokopter dipakai sebagai intai artileri, observasi, bahkan tugas anti kapal selam.
Koelentang mengambil basis desain dari Bensen B-8M karya Ir. Igor Bensen, imigran Rusia yang tinggal di Amerika Serikat. Aslinya bermesin McCulloch 72 pk tapi dimodifikasi oleh Nurtanio dengan memasang mesin VW. Tapi sebelum dipasang mesin, Koelentang diuji karakteristik terbangnya lebih dahulu tanpa mesin dengan ditarik mobil jeep layaknya sebuah pesawat layang (glider).
Setelah serangkaian percobaan tanpa mesin dan terbukti terbang stabil, barulah Kolentang dipasang mesin dan diuji coba terbang untuk pertama kalinya oleh Nurtanio di Pangkalan Udara Husein Sastranegara pada tanggal 4 Juli 1963.
Nurtanio menganggap girokopter sebagai bukan saja kendaraan udara, melainkan juga kendaraan darat. Dengan bentuk sederhana dan ukurannya yang kecil, girokopter dapat lepas landas dari lapangan bola dan mendarat secara vertikal.
Dia berencana mendemonstrasikan Koelentang ini sebagai kendaraan hibrida (hybrid). Dari Bandung menuju Jakarta, Nurtanio akan mengeluarkan girokopter ini dari garasi rumahnya di Jl. Cendana, Bandung, menggunakan mesin pendorong untuk bergerak di jalan raya menuju Husein Sastranegara.
Dari Husein Sastranegara, Koelentang terbang menuju Bandara Internasional Kemayoran. Setelah sampai kendaraan ini kembali bergerak melalui jalan raya daerah Jakarta Pusat menuju Markas Besar AURI di Tanah Abang Bukit. Diperhitungkan waktu perjalanan mencapai 1,5 jam dan jika menghadapi cuaca buruk, Nurtanio akan mendaratkan Koelentang di lapangan bola yang waktu itu masih ada di setiap kecamatan.
Tidak ada informasi apakah demonstrasi ini pernah dilakukan Nurtanio. Tentunya bila jadi dilaksanakan, diperlukan izin dari kepolisian. Sayangnya Koelentang tidak bisa diselamatkan untuk menjadi koleksi museum, generasi muda saat ini hanya mengenalnya dari foto-foto dokumentasi yang ada. (Aviahistoria.com, Sejarah Penerbangan Indonesia)
gyrocopter china parade militer 2019
Hunting Eagle Chinese Gyrocopter Flying test
China Army Recognition Alain Servaes ShaanXi Baoji
China Army Recognition Alain Servaes ShaanXi Baoji
Honeybee Gyro Story
Tidak ada komentar:
Posting Komentar