Kamis, 23 September 2010

SIKUMBANG NU-225








N-200 http://aviadejavu.ru/Images6/AN/AN80-4/12-1.jpg

N-225 http://aviadejavu.ru/Site/Arts/Art7008.htm#en


http://arc.web.id/artikel/581-nu-200-sikumbang-dalam-catatan-mayor-udara-nurtanio


 

di dalam museum PT DI Bandung

 
Pada September 2017 dipindahkan ke Museum Pusat Dirgantara Mandala Yogyakarta

Dirgantara | Indonesia Dalam Peristiwa

tempat sementara sebelah Catalina by R Aqil P Pratama

tempat terakhir..sebelah LT-200 by TNI Angkatan Udara



Sikumbang Jadi Koleksi Museum Dirgantara







                                     
 di halaman PT Dirgantara Indonesia Bandung Jawa Barat

by Imam Sholahuddin



NU-200  http://aviadejavu.ru/Site/Crafts/Craft31401.htm#en

 Kumbang Model NU 260 four-seat light aircraft  http://aviadejavu.ru/Site/Crafts/Craft31401.htm#en

KUMBANG  NU-200-225

Pada tahun 1953 di bawah pimpinan Nurtanio Pringgoadisuryo, Depot ini mulai merancang sebuah pesawat terbang yang mampu melaksanakan tugas-tugas sebagai pesawat pengintai ringan bersenjata, yaitu NU-200 Sikumbang (Bee). Prototip pesawat berkapasitas satu orang ini, menggunakan mesin de havilland Gipsy VI berkekuatan 200 daya kuda, dan pada tanggal 1 Agustus 1945 berhasil melakukan uji terbang. Kemudian dibuat versi berikutnya yang dikenal dengan NU-225. Pesawat Si Kumbang-02 ini menggunakan mesin Continental O-470-A berkekuatan 225 daya kuda, berhasil melakukan uji terbang pada 25 September 1957.
http://budhiachmadi.wordpress.com/2009/09/05/lipnur-perintis-industri-kedirgantaraan/

Sikumbang merupakan pesawat tempur pertama karya anak bangsa yaitu Laksamana Muda Udara Anumerta Nurtanio Priggoadisurjo. "Pesawat ini diberi kode NU-200 sesuai mesinnya yang menggunakan de Havilland Gipsy Six I berdaya 200 tenaga kuda," jelasnya.
Penerbangan perdana Sikumbang dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus 1954 lalu. Tepatnya sembilan tahun setelah Indonesia, Angkatan Udara sudah bisa membuat pesawat bikinan anak bangsa dan pesawat itu untuk COIN, Counter Insurgency, pesawat tempur serang darat, luar biasa. "Kemudian pesawat itu diuji, bisa terbang," tuturnya.
Selanjutnya, Hadi Tjahjanto menjelaskan, Nurtanio mengembangkan lagi semacam Sikumbang dengan kode NU-225. Kali ini pesawat menggunakan mesin Continental O-470A berdaya 225 tenaga kuda."Pesawat Sikumbang ini adalah kebanggaan kita pertama kali dibuat dengan tenaga asli Indonesia yang makannya singkong," tutupnya.
https://news.okezone.com/read/2017/10/20/337/1799459/tni-au-dan-pt-dirgantara-indonesia-serah-terima-pesawat-serang-koleksi-museum-tni-au-bertambah?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook













Liputan6.com, Bandung: Di tengah kemelut yang melanda PT Dirgantara Indonesia, mungkin tak banyak yang tahu tentang pesawat pertama yang dibuat di Bandung, Jawa Barat. Namanya Si Kumbang. Inilah pesawat yang pertama kali dibuat pada 1 Agustus 1954. Pesawat ini adalah jenis pesawat pengintai atau ground jelajah 960 kilometer. Panjangnya 26 kaki atau sekitar 7,8 meter, rentang sayap 34 kaki (10,2 meter), dan menggunakan motor penggerak jenis DH Gipsy Six.                 
Burung besi serba logam atau COIN (Counter-insurgency) ini hanya mempunyai satu tempat duduk. Sepanjang 1950-an, para perintis kedirgantaraan itu telah berhasil membuat tiga unit pesawat terbang. Pembuatan Si Kumbang dilakukan 15 orang yang tergabung dalam Seksi Percobaan Lapangan Udara Husein Sastranegara di Kota Kembang. Tiga di antaranya adalah Marsekal Muda Nurtanio Pringgoadisurjo, Letnan Udara Achmad, dan Letnan Udara Tossin. Nurtanio adalah pengawas seksi percobaan itu.                                                                                                                                            
Kini, satu di antara pesawat Si Kumbang yang pernah diproduksi menjadi monumen yang ada di Lanud Husein Sastranegara. Kondisi pesawat yang telah menempuh 200 jam terbang itu masih utuh. Itu adalah saksi bisu sejarah panjang perjalanan kedirgantaraan di Tanah Air.                                              
Mengenai sejarah pembuatan pesawat di Indonesia, sebelum Si Kumbang, sejumlah pesawat telah lebih dulu dibuat. Awalnya saat sebuah Biro Rencana dan Konstruksi di TRI-Udara dibentuk di Yogyakarta, 1946. Biro itu dipelopori Wiweko Soepono, Nurtanio Pringgoadisurjo, dan J. Sumarsono. Mereka kemudian membuka sebuah bengkel di bekas gudang kapuk di Magetan, Jawa Tengah. Di bengkel itu dibuat beberapa pesawat layang jenis Zogling, NWG-1 (Nurtanio Wiweko Glider). Pesawat-pesawat ini dimanfaatkan untuk mengembangkan minat masyarakat terhadap dunia kedirgantaraan                                                                                                                                          .

Pada 1948, sebuah pesawat terbang bermotor rancangan Wiweko Soepono dibuat. Pesawat yang menggunakan mesin motor Harley Davidson itu diberi nama WEL-X dan kemudian dikenal dengan register RI-X. Nah, masa ini ditandai dengan berdirinya sejumlah klub aeromodeling, yang menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio Pringgoadisurjo.

Atas sumbangannya dalam teknologi kedirgantaraan, Nurtanio yang lahir pada 3 Desember 1923 ini dianugerahi sembilan bintang jasa, di antaranya Bintang Maha Putra RI Kelas III dan Bintang Gerilya. Lelaki yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Tinggi Teknik atau Kogyo Senmon Gakko di Sawahan, Surabaya, gugur dalam kecelakaan pesawat Super Aero di Bandung, 21 Maret 1966. Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Nurtanio diabadikan pada Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). LAPIP kemudian menjadi Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR) dan berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio                                                                        
Industri Pesawat Terbang Nurtanio adalah cita-cita para perintis kedirgantaraan yang menjadi kenyataan. Industri itu didirikan 1976 dan kemudian namanya berubah menjadi PT Industri Pesawat Terbang Nasional (PT IPTN) pada 1985. Perusahaan itu kini bernama PT Dirgantara Indonesia, dan sedang dilanda "badai".(LIA/Patria Hidayat)                                                                                               
                                                                                                                                                                    ada cerita lainya di http://newsandinformationworld.blogspot.com/2011/06/pesawat-sikumbang.htm        l


Spesifikasi NU-200 Sikumbang
Data dari  Jane's All The World's Aircraft 1955–56
General characteristics
·    Crew: 1
·    Length: 8.16 m (26 ft 9 in)
·    Wingspan: 10.61 m (34 ft 10 in)
·    Height: 3.35 m (11 ft 0 in)
·    Wing area: 16.9 m2 (182 sq ft)
·    Aspect ratio: 6.6:1
·    Airfoil: NACA 23015 at root, NACA 23009 at tip
·    Empty weight: 795 kg (1,753 lb)
·    Gross weight: 1,090 kg (2,403 lb)
·    Fuel capacity: 205 L (54 US gal; 45 imp gal)
·    Powerplant: 1 × de Havilland Gipsy Six air-cooled inverted six-cyliner inline engine, 150 kW (200 hp)
·    Propellers: 2-bladed fixed pitch
Performance
·    Maximum speed: 256 km/h (159 mph; 138 kn)
·    Cruising speed: 224 km/h (139 mph; 121 kn)
·    Range: 960 km (597 mi; 518 nmi)
·    Service ceiling: 5,030 m (16,503 ft)
·    Rate of climb: 5.1 m/s (1,000 ft/min)http://arc.web.id/artikel/581-nu-200-sikumbang-dalam-catatan-mayor-udara-nurtanio

NU-200 Si Kumbang or "The Beetle" in English is an experimental aircraft produced and first flown by Indonesian Air Force in 1954, but later grounded on 1967. This single seated aircraft paper model is designed by Dani Hamdani. He is a new designer and this is his first published work, other work is still on progress such as KT-1B Wong Bee, N250 commuter plane and others.
sumber : http://paper-replika.com/index.php%3Foption%3Dcom_content%26id%3D5589:nu-200-beetle-qsi-kumbangq-experimental-aircraft%26Itemid%3D200738

Peninggalanya dahulu di Museum PT Dirgantara Indonesia Bandung Jawa Barat, tetapi setelah September 2017 dipindahkan ke Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta


Yogyakarta, Akuratnews.com – Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Hadi Tjahyanto memimpin penerimaan pesawat Sikumbang untuk koleksi di Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala dari Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indonesia, Sukatwikanto. Selasa (17/10/2017).
Kasau mengatakan, Sikumbang ini adalah pesawat pertama kali buatan anak bangsa yaitu Laksamana Udara Anumerta Nurtanio Pringgoadisurjo, dengan nomor registrasi NU-200 karena enginnya dari Havillan 200 tenaga kuda.
“Pertama kali terbang 1 agustus 1944. Jadi sembilan tahun setelah Indonesia merdeka, angkatan udara sudah bisa membuat pesawat bikinan anak bangsa dan pesawat itu pesawat Coin, Counter Insurgency pesawat tempur serang darat, luar biasa. Kemudian pesawat itu diuji, bisa terbang,” ucap Hadi.
Setelah berhasil membuat Sikumbang NU-200, sambung Hadi, Nurtanio mengembangkan kembali sejenis Sikumbang dengan nomor registrasi NU-225 karna Enginenya diambil dari continental kekuatan 225 tenaga kuda, sehingga dengan kode NU-225.
“Pesawat Sikumbang ini erupakan pesawat kebanggaan kita, pertama kali dibuat dengan tenaga asli indonesia yang makannya singkong,” ujarnya.
Datangnya Sikumbang dari PT Dirgantara Indonesia ke Muspusdirla merupakan keinginan TNI AU untuk lebih memperkenalkan technologi kedirgantaraan kepada masyarakat.
“Memang keinginan kita untuk bisa mengambil pesawat dari PT DI karna yang selama ini menjadi timbul adalah PT DI, untuk bisa kita salurkan ke Muspusdirla. Karna di Muspusdirla ini kunjungan wisatanya setiap minggu luar biasa, sehingga generasi muda Indonesia bisa melihat secara langsung pesawat buatan anak bangsa yang benar-benar murni tanpa bantuan orang lain yaitu Sikumbang,” ujar Kasau.
Kasau berharap, Sikumbang menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia untuk mencintai kedirgantaraan.
“Terima kasih kepada Dirut dan GM (PT DI) atas penyerahan pesawat Sikumbang kepada Muspusdirla, mudah-mudahan menjadi inspirasi para penerus untuk mereka mencitai dirgantara, karna wilayah kita adalah kepulauan, sepertiga wilayah darat, dua pertiga wilayah laut, dan tiga pertiga wilayah udara. Moda transportasi yang dapat merajut nusantara ini diantaranya adalah pesawat udara, mudah-mudahan generasi muda dapat inspirasi untuk itu dan dapat mengembangka technologi kedirgantaraan,” harapnya.
Selain menyerahkan pesawat Sikumbang, Direktur Umum Sumber Daya Manusia PT Dirgantara Indonesia juga memberikan buku catatan sejarah anak bangsa dalam menguasai teknologi kedirgantaraan yang berjudul Perjalanan Angkasa Dalam Menguasai Dirgantara.
“Memang sejarah panjang berdirinya PT Dirgantra tidak lepas dari berdirinya TNI AU, catatan sejarah dirintisnya industri dirgantara, dan perjalanan mengenai pesawat perintis industri dirgantara termasuk Sikumbang yng nantinya akan melengkapi dokumen di Muspusdirla Yogyakarta ini,” kata Sukatwikanto.
Sukatwikanto berharap, dengan diserahkanya pesawat Sikumbang ke Muspusdirla dapat menjadi wahana pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mengenal dunia kedirantaraan.
“Semoga TNI AU dan PT DI dapat terus ditingkatkan untuk mewujudkan pesawat penumpang maupun pesawat tempur untuk dihasilkan putra dan putrid Indonesia di tahun-tahun mendatang,” tandasnya. (Yan)
http://akuratnews.com/pesawat-sikumbang-koleksi-baru-museum-pusat-tni-angkatan-udara-dirgantara-mandala/

Cerita seputar Sikumbang
Hizkia Steven;
menurut beberapa website yang saya baca, pesawat Nu-200 Sikumbang yang dibuat oleh pak Nurtanio kabarnya menggunakan airframe dari Ca-6 Wackett! Nah hal ini juga diperkuat dengan beberapa struktur rangka sayap Nu-200 yang sangat mirip dengan pesawat Ca-6 Wackett
Namun pada pesawat buatan pak Nurtanio ini terjadi perombakan besar terutama dibagian tail dan canopynya. Untuk mesinnya, kabarnya Nu-200 ini mengambil mesin jenis Dehavilland Gipsy bekas dari pesawat Dehavilland Rapide RI-008 yang di scrap di Andir pada akhir 1949. Lalu apakah benar airframe dari Wackett ini digunakan untuk membangun Nu-200 Si Kumbang ? Menurut saya ada kemungkinannya benar karena pak Nurtanio sendiri memang sering mengembangkan beberapa airframe pesawat modifikasi (seperti Nu-90 Belalang dari basis L-4J Cub, Api Revolusi dan Si Onta/Nefo Flight yang mengambil basis Aero 45). Nah yang jadi pertanyaan, apakah Wackett tersebut memang bekas dioperasionalkan oleh AURI atau beliau hanya mengambil airframe bekasnya saja ? Nah untuk pertanyaan ini sampai sekarang saya masih belum bisa menjawab karena arsip maupun catatan dari AURI maupun internet yang ada tidak mencantumkan pesawat CAC Wackett.


by Hizkia Steven di Aviahistoria.com


Modelkitnya dipastikan tidak ada pabrikan yang membuat, kecuali jika kita ingin membuatnya dengan memodifikasi dari kit pesawat sejenis seperti dari kit Fokker S-11 pabrikan Smer seperti photo di atas, perlu penyesuaian di kokpit,  roda pendarat dan sayap belakang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar