Jumat, 13 Agustus 2010

Mil Mi-17










 by deni akip




by Diki Satria Nugraha

by  Ashabul Yamin Bin Syarbin















Anak Papua main Ayunan pakai baling-baling Helikopter

                                                                                    

Mil Mi-17 V5 Hip 

Helikopter ini digunakan oleh TNI-AD baru dibeli dari Rusia dan saat ini berpangkalan di Lanud A Yani Semarang
 
Setelah cukup lama berpisah dari kedigdayaan alutsista asal Rusia, kini Puspenerbad (Pusat Penerbangan Angkatan Darat) kembali bisa membusungkan dada dengan dimilikinya heli Mi-17-V5. Sebuah heli angkut sedang yang punya kapasitas angkut jauh lebih besar dibanding arsenal heli Penerbad selama ini yang didominasi buatan AS.

Pada dasarnya sesuai kode yang ada, Mi-17-V5 skadron 31 merupakan subvarian pengembangan generasi kelima. Ciri dari heli ini terasa dari warna cat abu-abu untuk dalam kabin yang bisa menampung 30 personel bersenjata lengkap. Tempat duduk personel menempel pada kedua sisi dalam kabin penumpang (posisi saling berhadapan). Bila difungsikan sebagai heli ambulance, kabin dapat diisi 12 tepat tidur lipat dan satu bangku untuk tenaga medis.

Merujuk ke kesatuannya, Skadron 31 Serbu Puspenerbad resmi berdiri pada 23 Maret 2006 dan bermarkas di Lanumad Ahmad Yani, Semarang – Jawa Tengah. Kala itu kekuatannya masih terdiri dari sepasang heli serang Mi-35P Hind. Saat ini komposisi Skadron 31 Serbu sudah dalam kategori lengkap, terdiri dari 5 heli serang Mi-35P dan 12 heli angkut taktis Mi-17-V5. Semua armada heli di skadron ini adalah rancangan biro desain Mil Moscow Helicopter, sedangkan untuk pabrikannya adalah Kazan Helikopter.


Mi-17 dilengkapi tiga pintu sebagai fasilitas akses keluar rmasuk. Masing-masing sebuah pintu terdapat di kanan dan kiri. Selanjutnya di bagian belakang terdapat pintu rampa (ramp door), bukan pintu model cangkang. Di lingkungan TNI, saat ini hanya Mi-17 yang punya pintu ramp, umumnya ramp door ada di pesawat angkut, seperti C-130 Hercules dan CN-235. Sementara untuk pintu model cangkang (clamshell) kini digunakan oleh heli ringan BO-105, dan heli angkut sedang  tempo doeloe Mi-4 Hound. Sejenak kembali ke masa lalu, di tahun 60-an TNI AU pernah mengoperasikan heli angkut berat Mil Mi-6, dan heli ini juga dibekali ramp door dengan ukuran lebih besar.

 Untuk urusan sumber tenaga, Mi-17 dibekali sepasang mesin turboshaft Isotov TV3-117VMA, setiap mesin mampu menyemburkan daya hingga 2.200 shp. Spesifikasi mesin pada Mi-17adalah sama dengan heli serang Mi-35P, bedanya pada Mi-35P tenaga besar dipakai untuk membawa persenjataan berat maka pada Mi-17 tenaga besar digunakan untuk membawa beban. Karena punya spesifikasi mesin yang serupa, maka untuk perawatan mesin antara Mi-17 dan Mi-35P tidak ada perbedaan.

 Guna memenuhi permintaan PBB, Puspenerbad pun menyiapkan tiga helikopter Mi-17V5 terbaik dari 12 unit heli sejenis yang dimiliki. Pilihan jatuh kepada HA-5156, HA-5157, dan HA-5159. Ketiga heli ini adalah hasil pengadaan terakhir tahun 2011 sehingga kondisinya masih sangat baik. Kalau melihat rekam jejaknya, HA-5156 baru mengantongi 115 jam terbang, HA-5157 mengantongi 102 jam terbang, dan HA-5159 mengumpulkan 237 jam terbang. Kondisinya masih sangat baru, dan ini memberikan kepercayaan diri tersendiri kepada Indonesia.

Mi-17 kita satu-satunya yang terbaru, sementara heli negara lain sudah ribuan jam terbang sehingga PBB pun surprise dengan heli kita. Tidak sedikit perombakan dan penambahan dilakukan terhadap ketiga Mi-17 ini guna memenuhi persyaratan yang diminta PBB. Secara umum ketiga heli dituntut mampu terbang instrument, karena tidak tertutup kemungkinan beroperasi di malam hari dan di cuaca yang berubah-ubah, membawa kargo di eksternal, mengirim-mengambil pasukan dengan teknik fastrope serta kemampuan beladiri.
Tidak hanya menyangkut sistem navigasi dan komunikasi, syarat ketat pun dititahkan sampai ke urusan penerbang. Dalam LOA (Letter of Assist) yang disampaikan PBB, disebutkan bahwa untuk mengawaki ketiga heli, Indonesia harus menyiapkan empat set kru yang terdiri dari empat pilot (PiC) dan empat kopilot. Untuk PiC harus memiliki minimal 1.500 jam terbang dengan 750 jam di antaranya in command dan 400 jam pada tipe dimaksud. Sebagai tambahan, PiC juga harus memiliki minimal 30 jam terbang instrument dan 50 jam terbang malam dengan NVG. Sementara kopilot harus mengantongi minimal 100 jam terbang di tipe dimaksud.
http://www.indomiliter.com/mil-mi-17-v5-helikopter-angkut-multi-peran-andalan-puspenerbad/

SuaraKarya.id - JAYAPURA: Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Yoshua Sembiring mengaku adanya laporan tentang helikopter jenis MI 17 dengan nomor registrasi HA-5138 milik TNI-AD yang hilang kontak dalam penerbangan Oksibil, ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang ke Jayapura.

Helikopter MI, Jumat (28/6) sekitar pukul 11.45 WIT hilang kontak setelah terbang sekitar 5-7 menit. “Belum diketahui dengan pasti apakah saat itu cuaca diperjalanan namun dari laporan yang diterima cuaca baik sehingga helikopter tersebut terbang ke Jayapura,” kata Mayjen TNI Sembiring kepada Antara, Jumat (28/6/2019) petang.
Mantan Kasdam III/Siliwangi yang dihubungi melalui telepon selularnya itu mengaku, sebelum hilang kontak dalam penerbangan dari Oksibil ke Jayapura, helikopter yang dikemudikan Kapten CPN Aris membawa 11 penumpang dan crew terbang dari Okbibab ke Oksibil.
Adapun nama-nama awak helikopter tersebut yaitu Kapten CPN Aris (pilot), Lettu CPN Bambang (pilot), Lettu CPN Ahwar (co pilot), Serka Suriyatna, Serda Dita, Praka Dwi Purnomo dan Pratu Aharul.
Sedangkan penumpang yang merupakan anggota Yonif 725/WRG yaitu Serda Ikrar Setya Nainggolan, Pratu Yanuarius Loe, Pratu Risno, Prada Sujono Kaimuddin dan Prada Tegar Hadi Sentana.
Pengiriman logistik
Helikopter MI 17 dengan nomor registrasi HA-5138 milik TNI AD yang dilaporkan hilang kontak dalam penerbangan Oksibil-Jayapura, Jumat (28/6), sebelumnya melakukan pengiriman logistik ke Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Kapendam XVII Cenderawasih Kol Inf Muhamad Aidi di Jayapura, Jumat, mengatakan, dari laporan yang diterima terungkap helikopter tersebut lost kontak sekitar pukul 11.45 WIT dengan membawa 12 orang termasuk lima anggota Yonif 725/WRG.
Informasi yang diterima dari Base Ops Lanud Silas Papare Sentani Jayapura sekitar pukul 14.00 WIT terungkap helikopter MI-17 milik TNI AD mengalami lost contack saat melaksanakan misi penerbangan dari bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang ke Bandara Sentani Jayapura.
Helikopter tersebut sebelumnya melaksanakan misi pendorongan logistik (dorlog) ke Pos Udara Pengamanan Perbatasan (Pamtas) di Distrik Okbibab, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
Pos Okbibab sendiri merupakan salah satu pos yang berada di perbatasan RI-PNG yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan pesawat atau helikopter, kata Aidi seraya menambahkan heli tersebut dijadwalkan tiba di Bandara Sentani, Jayapura itu sekitar pukul 13.11 WIT.
Sementara itu dari Bandara Oksibil dilaporkan cuaca baik dengan jarak pandang 6-7 KM dan dari laporan petugas tower Oksibil yakni Dita terungkap kontak terakhir dengan pesawat pada pukul 11.49 WIT (5 mnt dr T/O) dan berada di ketinggian 7800 ft, 6 NM ke utara, jelas Kol Inf Aidi. ***
Hingga bulan September 2019 masih belum ditemukan

Modelkitnya sudah diperoleh dari jenis Mil Mi-8 Hip merk Revell skala 1:72 , akan dimodivikasi menjadi Mi-17 yaitu dengan membuat rampdoor, pintu samping kanan serta merubah moncongnya, markingnya akan dibuat seperti TNI-AD sesuai photo di atas.


Mokit rakitan saya mangkrak.mau di upgrade jadi Mi-17 dari Mi-8:




Mokit rakitan modeller lain:






Pabrikan Mokit :





                                                    Helikopter Canggih dan Mahal Milik TNI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar