Pilot Helikopter Militer di Indonesia
PROFIL LANUD SURYADARMA
Farewell Ceremony Bell 47 G Soloy Skadron Udara 7
BELL- 47 Soloy
Pembentukan Skadron Percobaan Helikopter telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan K.S.A.U nomor 31 tahun 1956 yang ditandatangani Kepala Staf Angkatan Udara Laksamana Muda Udara Suryadi Suryadarma. Kekuatan Skadron Percobaan Helikopter mulai kelihatan nyata yaitu dengan adanya kedatangan 4 buah pesawat helikopter Bell-47G-2 “Trooper” dari Amerika Serikat, pada tahun 1957, selepas Joem Soemarsono dan R. Soemarsono mempelajarinya. Perkembangan yang menggembirakan ini telah melahirkan Surat Keputusan K.S.A.U No. 93 tanggal 18 Juni 1957, yang intinya antara lain menetapkan Skadron Percobaan Helikopter menjadi Skadron Helikopter. Skadron Helikopter tersebut berkedudukan di PAU Husein Sastranegara, diresmikan tanggal 20 Juni 1957, dengan Komandan Letnan Udara IR. Soemarsono. Skadron Helikopter dimaksud merupakan salah satu kesatuan dari Komando Group Komposisi (KGK) Saat ini masih aktif digunakan di Lanud Suryadarma Kalijati Subang Jabar
Skadron Udara 7 (Pegasus) sebagai home base helikopter latih TNI AU, kini memang telah diperkuat EC120B Colibri buatan Airbus Helicopters. Bahkan, TNI AD dan TNI AL pun mempercayakan wahana helikopter latih pada EC120B Colibri. Namun, jauh sebelum hadirnya Colibri, ada nama besar yang telah berhasil mencetak penerbang helikopter di lingkup TNI, heli itu tak lain Bell 47G-3B-1 Soloy yang telah dioperasikan TNI AU sejak dekade 70-an.
Bell 47G-3B-1 Soloy dirunut dari spesifikasinya, masuk kategori helikopter serbaguna ringan. Berdasarkan catatan, TNI AU telah mengoperasikan Bell 47G sejak tahun 1978, ketika 12 unit heli dihibahkan dari Australia. Saat di Australia, armada Bell 47G dipakai oleh Royal Australian Army (AD Australia) sejak tahun 1960 hingga 1975. Sempat disimpan dua tahun di hangar penyimpanan, Bell 47G kemudian diserahkan ke Indonesia, penerimanya saat itu justru Puspenerbad TNI AD, baru kemudian pada tahun 1978 dipindahkan di bawah komando TNI AU.
Di bawah operasi Skadron Udara 7, ke-12 unit Bell 47 ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Suryadarma, Kalijati, Jawa Barat. Karena saat itu matra lain punya keterbatasan dalam penyediaan halikopter latih, maka Bell 47G TNI AU juga mengadakan pelatihan bagi pilot helikopter untuk TNI AL dan Polri.
Karena aslinya ‘barang’ yang berusia lanjut, pada tahun 1984 armada Bell 47G di upgrade menjadi Bell 47G-3B-1 Soloy. Proses upgrade ini ditandai dengan penggantian mesin piston menjadi mesin turbin, yakni pemasangan mesin turbin Allison 250 C20B (420 tenaga kuda) dengan kompresor sentrifugal dan beberapa modifikasi kecil pada badan heli. Pembaharuan tersebut meningkatkan efisiensi bahan bakar, menambah jarak tempuh dan umur mesin.
Meski secara teknologi telah ketinggalan jaman, keberadaan Bell 47G amat diandalkan Skadron 7, meski heli Colibri telah tiba. Fitur paling unggul dari helikopter Soloy adalah kesederhanaannya. Sistem dan kinerja yang sederhana membuat Soloy begitu layak untuk pelatihan tahap awal. Sebagai heli latih, karakteristik keselamatan Bell 47G cukup tinggi, dan menekanka lebih mudah dikendalikan daripada helikopter lain apabila dalam masalah ‘auto rotation’ dimana sang instruktur dapat dengan mudah mengambil kendali dari siswa jika dalam situasi tersebut.
Ibarat pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pada 11 Maret 2011, Bell-47G Soloy dengan nomor penerbangan H-4712 jatuh di ladang tebu Desa Wanasari, Subang. Kecelakaan tersebut menewaskan Lettu Engky Saputra Jaya dan mekanik Prada Ridi W. Lokasi jatuhnya pesawat kurang lebih sekitar 12 km dari Lanud Suryadarma. Buntut dari kecelakaan ini cukup signifikan, sisa sebelas unit heli tersebut di grounded sementara untuk dilakukan penyelidikan teknis.
Meski telah di dorong untuk pensiun, para penerbang di Skadron 7 nyatanya punya anggapan berbeda. Justru Bell 47G tengah diupayakan peninjauan kembali dari pimpinan TNI AU untuk mempertahankan Soloy sebagai heli latih. “Kami mengusulkan, kalau bisa Soloy dipakai sebagai heli latih dasar dan Colibri untuk latih lanjut,” jelas seorang penerbang seperti dikutip angkasa-online.com(27/8/2002). Kalau ide ini diterima, berarti di Skadron 7 akan ada dua tingkat pelatihan, sebagaimana halnya diterapkan Sekolah Penerbang (Sekbang), Yogyakarta. Kekhawatiran penerbang skadron ini sepertinya tidak lepas dari lompatan teknologi Colibri yang sangat tinggi, yang nantinya akan berujung kepada faktor keselamatan terbang.
Bersama dengan Hiller 360, Bell 47 adalah helikopter pertama yang digunakan untuk keperluan sipil, pada 8 Maret 1946. Heli ini dirancang oleh Arthur M. Young, yang bergabung dengan Bell Helicopter tahun 1941. Lebih dari 5.600 diproduksi hingga 1974. Bell 47 masuk dinas militer AS akhir 1946,dalam berbagai versi. Dalam perang Korea (1950-1953) heli ini juga memperkuat pasukan AS. (Dikutip dari berbagai sumber)
Spesifikasi Bell 47G-3B-1 Soloy
– Awak: 1 atau 2
– Kapasitas: 1 penumpang
– Panjang: 9,63 m
– Diameter rotor: 11,32 m
– Tinggi: 2,83 m
– Berat kosong: 858 kg
– Berat take off maksimum 1.335 kg
– Mesin: 1× Allison 250 C20B
– Kecepatan maksimum: 169 km/jam
– Kecepatan jelajah: 135 km/jam
– Jangkauan: 410 km
– Kemampuan menanjak: 4,37 meter/detik
http://www.indomiliter.com/bell-47g-3b-1-soloy-generasi-awal-helikopter-latih-tni-au/
Skadron Udara 7 (Pegasus) sebagai home base helikopter latih TNI AU, kini memang telah diperkuat EC120B Colibri buatan Airbus Helicopters. Bahkan, TNI AD dan TNI AL pun mempercayakan wahana helikopter latih pada EC120B Colibri. Namun, jauh sebelum hadirnya Colibri, ada nama besar yang telah berhasil mencetak penerbang helikopter di lingkup TNI, heli itu tak lain Bell 47G-3B-1 Soloy yang telah dioperasikan TNI AU sejak dekade 70-an.
Bell 47G-3B-1 Soloy dirunut dari spesifikasinya, masuk kategori helikopter serbaguna ringan. Berdasarkan catatan, TNI AU telah mengoperasikan Bell 47G sejak tahun 1978, ketika 12 unit heli dihibahkan dari Australia. Saat di Australia, armada Bell 47G dipakai oleh Royal Australian Army (AD Australia) sejak tahun 1960 hingga 1975. Sempat disimpan dua tahun di hangar penyimpanan, Bell 47G kemudian diserahkan ke Indonesia, penerimanya saat itu justru Puspenerbad TNI AD, baru kemudian pada tahun 1978 dipindahkan di bawah komando TNI AU.
Di bawah operasi Skadron Udara 7, ke-12 unit Bell 47 ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Suryadarma, Kalijati, Jawa Barat. Karena saat itu matra lain punya keterbatasan dalam penyediaan halikopter latih, maka Bell 47G TNI AU juga mengadakan pelatihan bagi pilot helikopter untuk TNI AL dan Polri.
Karena aslinya ‘barang’ yang berusia lanjut, pada tahun 1984 armada Bell 47G di upgrade menjadi Bell 47G-3B-1 Soloy. Proses upgrade ini ditandai dengan penggantian mesin piston menjadi mesin turbin, yakni pemasangan mesin turbin Allison 250 C20B (420 tenaga kuda) dengan kompresor sentrifugal dan beberapa modifikasi kecil pada badan heli. Pembaharuan tersebut meningkatkan efisiensi bahan bakar, menambah jarak tempuh dan umur mesin.
Meski secara teknologi telah ketinggalan jaman, keberadaan Bell 47G amat diandalkan Skadron 7, meski heli Colibri telah tiba. Fitur paling unggul dari helikopter Soloy adalah kesederhanaannya. Sistem dan kinerja yang sederhana membuat Soloy begitu layak untuk pelatihan tahap awal. Sebagai heli latih, karakteristik keselamatan Bell 47G cukup tinggi, dan menekanka lebih mudah dikendalikan daripada helikopter lain apabila dalam masalah ‘auto rotation’ dimana sang instruktur dapat dengan mudah mengambil kendali dari siswa jika dalam situasi tersebut.
Ibarat pepatah, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pada 11 Maret 2011, Bell-47G Soloy dengan nomor penerbangan H-4712 jatuh di ladang tebu Desa Wanasari, Subang. Kecelakaan tersebut menewaskan Lettu Engky Saputra Jaya dan mekanik Prada Ridi W. Lokasi jatuhnya pesawat kurang lebih sekitar 12 km dari Lanud Suryadarma. Buntut dari kecelakaan ini cukup signifikan, sisa sebelas unit heli tersebut di grounded sementara untuk dilakukan penyelidikan teknis.
Meski telah di dorong untuk pensiun, para penerbang di Skadron 7 nyatanya punya anggapan berbeda. Justru Bell 47G tengah diupayakan peninjauan kembali dari pimpinan TNI AU untuk mempertahankan Soloy sebagai heli latih. “Kami mengusulkan, kalau bisa Soloy dipakai sebagai heli latih dasar dan Colibri untuk latih lanjut,” jelas seorang penerbang seperti dikutip angkasa-online.com(27/8/2002). Kalau ide ini diterima, berarti di Skadron 7 akan ada dua tingkat pelatihan, sebagaimana halnya diterapkan Sekolah Penerbang (Sekbang), Yogyakarta. Kekhawatiran penerbang skadron ini sepertinya tidak lepas dari lompatan teknologi Colibri yang sangat tinggi, yang nantinya akan berujung kepada faktor keselamatan terbang.
Bersama dengan Hiller 360, Bell 47 adalah helikopter pertama yang digunakan untuk keperluan sipil, pada 8 Maret 1946. Heli ini dirancang oleh Arthur M. Young, yang bergabung dengan Bell Helicopter tahun 1941. Lebih dari 5.600 diproduksi hingga 1974. Bell 47 masuk dinas militer AS akhir 1946,dalam berbagai versi. Dalam perang Korea (1950-1953) heli ini juga memperkuat pasukan AS. (Dikutip dari berbagai sumber)
Spesifikasi Bell 47G-3B-1 Soloy
– Awak: 1 atau 2
– Kapasitas: 1 penumpang
– Panjang: 9,63 m
– Diameter rotor: 11,32 m
– Tinggi: 2,83 m
– Berat kosong: 858 kg
– Berat take off maksimum 1.335 kg
– Mesin: 1× Allison 250 C20B
– Kecepatan maksimum: 169 km/jam
– Kecepatan jelajah: 135 km/jam
– Jangkauan: 410 km
– Kemampuan menanjak: 4,37 meter/detik
http://www.indomiliter.com/bell-47g-3b-1-soloy-generasi-awal-helikopter-latih-tni-au/
Mei 2017 diperoleh informasi bahwa helicopter ini didisplay di lapangan dirgantara AAU Lanud Adisucipto Yogyakarta
by Deval Riantoro & Team
dan pada bulan Oktober 2017 Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta juga memperoleh 1 unit\
Bell 47 Sioux Helicopter TNI AU Walkaround video, DJI Osmo Pocket + Gopro 7 Black
Mokit yg sy miliki adalah dari merk Academy skala 1:48 type Bell 47 D..jadi perlu dirubah dikit untuk jadi Bell 47 G di tangki fuelnya, kondisi saat ini belum dirakit, akan diwarnai dengan marking dan decal TNI-AU
mokit rakitan modeller lain:
beberapa pabrikan mokit :
om beli kit nya dimana ya?
BalasHapusmakasih no hape saya 081931736668