photo sebelum 2014
by Hizkia Steven
by eko winarno -Jakarta 2013
Mig-21 Fishbed Indonesia TNI AU Walkaround Video by Eric Moya Walkaround
MiG-21 HANGGAR Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB
http://s1204.photobucket.com/user/kemalaandriani/MIG-21%20ITB/story
lukisan-lukisan mig-21
by adityo
http://aviadejavu.ru/Site/Crafts/Craft19988-3.htm#picsen
Walkaround Video. DJI Osmo Pocket
Negara asal : Uni Soviet Jenis : Pesawat tempur Persenjataan : 1 kanon kaliber 30 mm Type : Tipe NR-30 peluru 60 butir, roket udara ke udara K-13 Akomodasi : 1 awak pesawat MIG 21 dirancang sebagai pesawat pencegat, dengan fungsi utama merontokkan armada-armada pesawat serang darat blok barat, seperti F-105 Thunderchief. Fishbed hadir untuk mengungguli F-104 Starfighter buatan Amerika dan Mirage III buatan Perancis.Sejarah:1960 dibeli sebanyak 20 buah,1963: Dimasukan menjadi salah satu komponen pada wing pertahanan udara 300(Buru Sergap) Kohanudnas.
http://www.indomiliter.com/sisi-lain-mig-21f-13-fishbed-c-ak-47-of-the-air-tni-au/
Bahwa TNI AU (d/h AURI) pernah mengoperasikan MiG-21 tentu sudah jamak diketahui, namun persisnya yang digunakan sebagai arsenal Skadron Udara 14 ini adalah MiG-21F-13 (Fishbed C), salah satu varian MiG-21 dari generasi awal. Meski sekilas tak berbeda dengan keluarga MiG-21 lainnya, pada generasi MiG-21F pada dasarnya punya ciri khas tersendiri yang mudah dikenali.
Ciri khas tersebut adalah desain kaca kanopi, varian MiG-21F mengadopsi pintu kokpit yang dibuka dengan mendorong kedepan. Sebaliknya pada varian MiG-21 yang lebih modern, pintu kokpit dibuka dengan mendorong ke samping kanan, mirip dengan mekanisme pada pintu kokpit di jet tempur Hawk 109/209.
Dalam catatan sejarah, saat mempersiapkan Operasi Trikora untuk perebutan Irian Barat, di 1962 TNI AU menerima 20 unit MiG-21F-13 dan 2 unit MiG-21U Izdeliye. Uji perdana MiG-21F-13 dilangsungkan pada 1956 dan memasuki fase produksi pada 1960. Jadi bisa dibayangkan saat itu TNI AU menjadi salah satu pengguna jet tempur yang kala itu masih sangat baru. Dan tak sulit untuk melihat dari dekat sosok jet tempur ini, seperti di bawah ini kami perlihatkan close up MiG-21F-13 yang berada outdoor area Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
Sepenggal cerita dari http://www.aerialvisuals.ca/AirframeDossier.php?Serial=6688 salah satu mig-21 kita F-2157 masih terpajang rapih di Brussels Air Museum, Jubelpark, Etterbeek, Brussel Hoofdstedelijk Gewest sayang markingnya bukan TNI-AU
Selain itu ada juga yang di Strategic Air Command and Aerospace Museum, Ashland, Nebraska http://www.aerialvisuals.ca/AirframeDossier.php?Serial=83652
http://www.aerialvisuals.ca/AirframeGallery.php?StartIndex=290,PicsPerPage=10,FamilySN=55,SortDir=DESC,SortCat=upl
Skadron Udara 12 (1963) Kemayoran, Jakarta
Mikoyan-Gurevich MiG-21 PFM | Curator on the Loose!
MiG-21 Action - LOW! FAST! LOUD!
Mikoyan Gurevich Mig-21 Fishbed
http://www.indomiliter.com/sisi-lain-mig-21f-13-fishbed-c-ak-47-of-the-air-tni-au/
Bahwa TNI AU (d/h AURI) pernah mengoperasikan MiG-21 tentu sudah jamak diketahui, namun persisnya yang digunakan sebagai arsenal Skadron Udara 14 ini adalah MiG-21F-13 (Fishbed C), salah satu varian MiG-21 dari generasi awal. Meski sekilas tak berbeda dengan keluarga MiG-21 lainnya, pada generasi MiG-21F pada dasarnya punya ciri khas tersendiri yang mudah dikenali.
Ciri khas tersebut adalah desain kaca kanopi, varian MiG-21F mengadopsi pintu kokpit yang dibuka dengan mendorong kedepan. Sebaliknya pada varian MiG-21 yang lebih modern, pintu kokpit dibuka dengan mendorong ke samping kanan, mirip dengan mekanisme pada pintu kokpit di jet tempur Hawk 109/209.
Dalam catatan sejarah, saat mempersiapkan Operasi Trikora untuk perebutan Irian Barat, di 1962 TNI AU menerima 20 unit MiG-21F-13 dan 2 unit MiG-21U Izdeliye. Uji perdana MiG-21F-13 dilangsungkan pada 1956 dan memasuki fase produksi pada 1960. Jadi bisa dibayangkan saat itu TNI AU menjadi salah satu pengguna jet tempur yang kala itu masih sangat baru. Dan tak sulit untuk melihat dari dekat sosok jet tempur ini, seperti di bawah ini kami perlihatkan close up MiG-21F-13 yang berada outdoor area Museum Dirgantara Mandala, Yogyakarta.
Pd bulan Sept 2014 tersebar berita monumen pesawat ini di Halim PK diturunkan dan dipotong, ternyata menurut web detik.com http://news.detik.com/read/2014/09/02/131105/2678964/10/monumen-pesawat-mig-21-di-kohanudnas-halim-diturunkan-untuk-perawatan.....alhamdullilah..tidak terjadi pembantaian pesawat russia spt jaman dulu.
Hizkia Steven dulu tahun 1970an sempet ada monumen Mig-21 di Taman Ria
.
Registrasinya F 2170 tapi tanpa Thunder, ntah itu dibawa ke AS terus
gimana nasibnya
F-2157 pada saat masih aktif operasioanl
http://www.aerialvisuals.ca/AirframeGallery.php?StartIndex=290,PicsPerPage=10,FamilySN=55,SortDir=DESC,SortCat=upl
Ex F-2153 Nellis AFB, Las Vegas, Nevada
http://www.aerialvisuals.ca/AirframeDossier.php?Serial=23934
Eighth Air Force Museum, Barksdale AFB (north west side), Shreveport, LA.
http://www.aerialvisuals.ca/AirframeDossier.php?Serial=771
Daftar pesawat Mig-21 kita yang dialihkan ke US (data by Hizkia Steven)
http://suluhnuswantara.org/showthread.php?tid=4950 cerita kehebatan Mig-21 kita
JET TEMPUR MIG-21 DI ITB, TERNYATA
BARU TERBANG 10 JAM!
Modelkit yang telah saya rakit dari merk Academy skala 1:72, akan dicat ulang dengan decal dari Om Sinang Aribowo cap Jempol
Eighth Air Force Museum, Barksdale AFB (north west side), Shreveport, LA.
http://www.aerialvisuals.ca/AirframeDossier.php?Serial=771
Daftar pesawat Mig-21 kita yang dialihkan ke US (data by Hizkia Steven)
F-2151 : Send To USA
F-2152 : Send To USA
F-2153 : Send To USA.Preserved in Nellis
AFB,Nevada
F-2154 : Written off
F-2155 : Send To USA
F-2156 : Send To USA.Preserved in Smithsonian
Air & Spase Museum
F-2157 : Send To USA.Preserved inBrusell Army Museum,Brusell
F-2158 : Preserved in hangar Institut
Teknologi Bandung(ITB)
F-2159 : Send To USA
F-2160 : Preserved in Museum Dirgantara
Mandala,Yogyakarta
F-2161 : Written off
F-2162 : Send To USA
F-2163 : Written off
F-2164 : Preserved in Museum Satria Mandala,Jakarta
F-2165 : Written off
F-2166 : Send To USA
F-2167 : Perserved in KOHANUDNAS,Halim
Perdana Kusuma AFB
F-2168 : Condition Unknow
F-2169 : Written off
F-2170 : Send To USA
http://suluhnuswantara.org/showthread.php?tid=4950 cerita kehebatan Mig-21 kita
JET TEMPUR MIG-21 DI ITB, TERNYATA
BARU TERBANG 10 JAM!
Meski
kedigdayaannya telah padam setengah abad lalu, legenda MiG-21 masih hidup
sampai sekarang. Tidak hanya di berbagai negara, tapi juga di Indonesia. Para
pengagumnya tak hanya memburu kisah-kisah pertempurannya, tapi juga cerita dari
jet-jet ini yang “masuk” laboratorium untuk dipelajari keunggulannya.
Seperti juga dilakukan di Amerika, enjinir Indonesia diam-diam
ikut membedah kekhasan maupun keunggulannya. Setidaknya hal inilah yang dicatat Angkasa setelah beberapa
kali berkunjung ke Laboratorium Fakuktas Teknik Mesin dan Dirgantara, ITB, Bandung,
Jawa Barat.
Di sana mukim satu unit MiG-21 yang pernah memperkuat AURI (kini
TNI AU) yang khusus dibeli untuk mengusir Belanda dari Irian Barat. Pencegat
bernomor 2158 ini dihibahkan pada 1973 khusus untuk didedikasikan sebagai alat
peraga dalam berbagai mata kuliah di FTMD. Bagi Angkasa, ada satu fakta yang
amat mengejutkan dari warisan berharga ini . “Pesawat ini baru dipakai terbang
10 jam!” Demikian tertulis dalam Buku Emas 50 Tahun Program Aeronautika/Astronautika ITB (2012).
Kenapa AURI
menghibahkannya kepada ITB? Langkah ini rupanya diambil untuk mengapresiasi
perjuangan Dr. Ir. Oetarjo Diran dan Dr. Ken Liem Laheru yang begitu gigih
mendirikan Pendidikan Teknik Penerbangan di ITB (kini Jurusan Teknik
Penerbangan di FTMD). Demi memajukan Indonesia, mereka sampai-sampai
meninggalkan jabatan bergensinya di Jerman.
Jet yang satu ini amat ditakuti Barat. Tak ayal keberadaannya
pun sangat dieman-eman. “Bagaimana tidak? Jika
Departemen Pertahanan AS saja harus susah payah ingin mencurinya, masak
pemberian yang amat berharga ini kami sia-siakan?” ujar sumber Angkasa.
Sayangnya, ketika itu ITB belum punya tempat yang dianggap
cocok. Sehingga untuk sementara waktu terpaksa ngendon di hanggar Lipnur
(kini PT Dirgantara Indonesia). Di sana, supersonik sayap delta ini selanjutnya
di antaranya dirawat oleh Prof. Dr. Harijono Djojodihardjo dan Dr. Said D.
Jenie, dosen teknik penerbangan lulusan Massachussetts Institute of Technology,
AS.
Keunggulan dan kelemahan
Kala itu kisah keunggulan MiG-21 beranjak mendunia. Itu karena
jet yang sejatinya dirancang Mikoyan-Gurevich, Rusia, untuk membunuh pembom
strategis andalan AS, B-52 Stratofortress ini, ternyata juga mampu membabat jet unggulan AS seperti
F-4 Phantom
II,
F-104 Starfighter dan F-105 Thunderchief. Puluhan jet-jet ini
rontok di medan pertempuran Timur Tengah dan Vietnam.
“MiG-21 sangat sulit diantisipasi. Bahkan meski kemunculannya
datang dari depan. Ia baru tampak dalam jarak dua mil, namun sudah dalam jarak
yang sangat mematikan,” aku seorang penerbang F-4 Phantom II AU AS yang pernah
berhadapan dengan jet ini di ajang Perang Vietnam.
Hal inilah yang memancing ilmuwan AS untuk bisa membedah
keunggulan sekaligus kelemahannya. Dari sejumlah dokumen yang kerahasiannya
telah dibuka, akhirnya terungkap AS pernah “mencuri” beberapa untuk dipelajari
dalam program berkode Have
Drill, Have Doughnut, dan Have Ferry. Pesawat bahkan
pernah dilawantandingkan dengan jet-jet AS di Area 51, laboratorium AU AS yang
amat dirahasiakan di Gurun Nevada.
Dari program-program itu, akhirnya kelemahan sang legenda
terbongkar. Salah satunya diantaranya ada pada celah bidik sasaran atau gunsight. Meski musuh sudah
masuk dalam gunsight, penerbangnya tak
serta-merta bisa mebidiknya dengan jelas. Bayangan di gunsight bahkan sering
tiba-tiba menghilang. Dalam doghfight jarak dekat, kestabilannya juga sering terganggu. Hal
inilah yang membuat penerbangnya harus kerja keras “memasukkan” kembali
musuhnya dalam garis bidik.
Di FTMD sendiri, MiG-21 berkode 2158 ini baru benar-benar
berfungsi setelah pihak ITB berhasil menyiapkan sebuah laboratorium yang cukup
nyaman pada 1998. Di bodi samping pesawat yang telah dicat ulang, selanjutnya
ditulis: Iron Bird untuk sistem dasar
pesawat udara, yang mencakup sistem kendali hidro-mekanikal, sistem elektrik,
sistem roda pendarat, sistem propulsi dan sistem avionika.
“Teknologinya memang sudah berumur, namun tetap layak untuk jadi
alat peraga bagi keilmuan aeronotika yang diberikan mulai dari tingkat pertama
hingga terakhir. Keilmuan ini mencakup mekanika, termodinamika, aerodinamika,
kinematika hingga teknik perancangan pesawat,” ujar Kepala Program Studi
Aeronotika/Astronotika, Dr. Ir. Toto Indriyanto kepada Angkasa, pertengahan Mei 2017
di Bandung.
Inlet cone
Bagi Angkasa sendiri, tak
lengkap kiranya jika tak melengkapi kisahnya dengan pengakuan penerbang AURI
atas pesawat yang mampu melesat lebih dari dua kali kecepatan suara ini. Mereka
sepakat menyebutnya jet pemburu paling mutakhir di zamannya.
“Kemudinya sangat sensitif dan pesawat ini terbang lebih cepat
dari yang saya perkirakan. Tapi, lama terbangnya, walau dengan drop tank, amat singkat. Cuma
1 jam 40 menit. Dengan begitu kita harus tahu bagaimana trik menerbangkannya,”
ungkap Marsda (Pur) Roesman, sesepuh AURI yang pernah dipercaya jadi komandan
skadron pencegat sayap delta ini.
“Terbang lurus-lurus saja, tidak perlu belok kiri-kanan,
daripada tidak bisa pulang. Untuk itu kita memang harus bisa lebih dulu
menghitung di titik mana pesawat musuh yang akan dicegat,” tambahnya tentang
trik itu kepada Angkasa.
Indonesia
mendatangkan jet-jet ini pada 1962, sebagai bekal untuk menghadapi kekuatan
militer Belanda dalam kampanye Trikora. Ketika itu bersama rombongan pembom
Tu-16 serta MiG-15, MiG-17 dan MiG-19, pemerintah membeli 22 unit dari tipe
MiG-21 F-13 dan MiG-21U. Namun, pesawat-pesawat ini tak pernah benar-benar
turun berperang karena Belanda akhirnya bersedia mundur setelah didesak oleh
PBB.
Lalu, adakah keunggulan MiG-21 yang kemudian diadopsi
pesawat-pesawat berikutnya? Ada, bahkan tak sekadar pesawat, tetapi juga rudal.
Kelebihan dimaksud adalah inlet cone yang bentuknya
amat khas. Kerucut metal di cerobong masukan udara ini rupanya tidak dibuat
untuk memperindah sosoknya, melainkan memang ada maksudnya.
Inlet cone bisa digerakkan maju-mundur tak lain untuk menyetel
kecepatan mesin, terutama saat kecepatannya menembus Mach 1. Hal ini dimungkinkan
karena maju-mundur inlet
cone akan
menentukan besar kecilnya pasokan udara ke ruang pembakaran mesin. Inlet cone selanjutnya
diterapkan pada pesawat jet dan rudal supersonik, seperti SR-71 Blackbird dan P-800 Oniks/Yakhont.
Nah, ketika sejumlah staf pengajar FTMD ikut dilibatkan dalam
proyek KFX/IFX dengan Korea Selatan, mestinya ada pula seuntai transfer
teknologi dari sang legenda yang ikut terbawa dalam perancangan jet tempur masa
depan Indonesia-Korea Selatan ini. Walau terkesan samar, sudahlah jelas bahwa
mereka adalah ilmuwan yang pernah berkutat di laboratorium FTMD.
by lancercell
by kemala andriani
jabar.tribunnews.com
Modelkit yang telah saya rakit dari merk Academy skala 1:72, akan dicat ulang dengan decal dari Om Sinang Aribowo cap Jempol
mokit rakitan di museum Dirgantara Mandala Yogyakarta :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar