PENGGUNA TNI-AU ;
Pesawat-pesawat ini berpangkalan di Skadron 2, Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta
Skadron Udara 5/Intai Strategis merupakan Skadron udara operasional yang berada dibawah jajaran Wing Udara 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar yang bertugas menyiapkan dan mengoperasikan pesawat intai yang terdiri dari pesawat jenis Boeing 737–200 dan CN 235 MPA untuk melaksanakan operasi dukungan udara yaitu operasi pengintaian udara, SAR terbatas dan kodal udara
CN 235-220 Marine Patrol Aircraft ( MPA ) by Tommy Pratomo
Istimewa!! Inilah Kemampuan Luar Biasa CN-235 MPA yang Mencengangkan Dunia Kedirgantaraan
Pesawat Skadron udara 27 biak Papua
BRAVO TNI-AU!! Skadron Udara 27 Papua Tambah Pesawat
CN-235 A-2304 Demi Pertahanan NKRI
PENGGUNA TNI-AL ;
Pangkalan TNI-AD Lanud Juanda, Surabaya
Skadron 800 Patroli Maritim Penerbal, Lanud Djuanda, Surabaya
photo by embassyofaudrey skyscrapercitycom
by Yang Qize.airliners.net
by sumber : nasional.sindonews.com
CN235-220 utk AD Nepal
by sumber : nasional.sindonews.com
Kecanggihan CN235 versi Patroli Maritim Buatan PTDI
Alutsista TNI AL Buatan PT Dirgantara Indonesia
CN235-220 utk AD Nepal
DIRGANTARA INDONESIA PESAING AIRBUS
Tenteng Senjata Cannon, CN235 Gunship Dipamer di Singapura
BEBERAPA PENINGGALAN PESAWAT CN-235 ;
1. @SMK Penerbangan Bandung
Lanud Sulaeman, Mahgahayu Bandung by Hizkia
2. @ Komplek TNI-AU Lanud Sulaeman, Margahayu Bandung by SamsUdin
3. @ bandara Polonia Medan (ex Merpati Nusantara)
3. @ bandara Polonia Medan (ex Merpati Nusantara)
Wisata foto dalam bangkai pesawat dan Tangkuban Perahu - NET16
4.@Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta
by dendi ardhyanto wirson
CN235MPA
Casa Nurtanio CN-235
Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia bersama Casa Spanyol ini saat ini digunakan TNI Angkatan Udara yang menerima satu unit pesawat CN-235-220 jenis Angkut Militer (Troop Transport) pada tahun 2006, selain itu tiga unit CN-235 yang akan masuk ke Puspenerbal, trakhir 2012. Salah satu milik TNI_AU nomor registrasi A2301 yang dipiloti Kapten Imam Subekti itu terjerembab di Lhokseumawe 23-7-2005 liputan 6 com.
Cerita lain adalah pada tanggal 12 Januari 1993, pesawat CN-235 pertama hadir di Skadron Udara 2, hingga lengkap berjumlah 6 pesawat pada tahun 1995. Pada tahun 2007 Skadron Udara 2 mendapatkan 1 tambahan pesawat CN-235 untuk menambah kekuatannya sampai dengan sekarang.
sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/menengok-sejarah-panjang-skadron-2-tni-au.html
Ada berita kalau PT DI melakukan modifikasi pesawat ini menjadi gunship
ANGKASAREVIEW.COM – Kabar gembira berhembus dari kota Bandung, pabrik pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dikabarkan tengah mengembangkan pesawat gunship (bersenjata). Semula angin segar ini ditiupkan oleh laman pertahanan Jane’s. Dalam pemberitaannya (28/8/2018) situs asal Inggris tersebut menyebutkan PTDI tengah membangun gunship berbasis pesawat angkut serbaguna CN235.
Untuk mencari kebenaran informasi tersebut, redaksi Angkasa Review menghubungi Humas PTDI Kerry Apriawan. “Kabar tersebut benar, PTDI tengah membangun sebuah pesawat baru CN235-220 untuk dijadikan flying testbed,” ujar pria kelahiran tanah Priangan tersebut.
Sobat AR, CN235-220 adalah varian terakhir yang dikembangkan PTDI. Pesawat ini telah menerapkan winglet di ujung sayapnya yang membuatnya makin ekonomis bahan bakar. Dapur pacunya juga menggunakan mesin turboprop General Electric CT7-9C3 yang lebih bertenaga menggantikan mesin model lama versi CT7-7A yang digunakan CN235-110.
Platform CN235 yang akan digunakan untuk pesawat gunship direncanakan akan menjalani penerbangan perdana tahun 2019 mendatang. Selanjutnya pesawat akan digunakan sebagai pesawat demonstrator teknologi pengembangan varian gunship. Namun belum diputuskan vendor mana yang akan menyediakan sistem misinya .
Saat ini vendor penyedia sistem misi yang telah proven adalah perusahaan ATK (Alliant Techsystems Inc.) dari Amerika Serikat. Paket sistem misi STAR rancangan ATK telah digunakan pada pesawat pocket gunship Cessna Combat Caravan yang telah digunakan oleh Angkatan Udara Irak, Libanon, dan Afghanistan.
Sistem misi STAR racikan ATK juga digunakan oleh pesawat gunship AC235 milik Angkatan Udara Yordania sebanyak dua unit. Puas dengan AC235 Angkatan Udara Yordania kini sedang menerapkan paket sistem serupa pada dua unit pesawat angkut C295 miliknya yang digarap bersama Airbus Defence & Space.
Kebanjiran pesanan, ATK juga mendapat order untuk memasok sistem misi dan persenjataan dari Angkatan Udara Italia untuk mengubah enam unit pesawat angkut MC-27J menjadi gunship bernama Praetorian yang penggarapannya bermitra dengan pabrik pesawat Leonardo.
Sobat AR, sistem paket misi ATK STAR memungkinkan pesawat dapat melakukan misi tempur dan juga misi ISR. Paket ini berisisi perangkat sensor L-3 Wescam MX-15 turet elektro-optik dan radar apertur sintetis Thales I-Master Ku-band. Tersedia juga sistem tindakan pencegahan defensif termasuk DIRCM (directed infrared countermeasures) dan sistem peringatan serangan rudal AAR-47.
Kembali ke gunship rancangan PTDI, Sobat AR, rencananya purwarupa pesawat serang darat ini akan dipersenjatai menggunakan kanon tunggal kaliber 30 mm. Untuk sementara akan menggunakan kanon DEFA 553 peninggalan pesawat serang A-4H Skyhawk TNI AU yang telah dipensiunkan.
Namun ke depannya masih terbuka sistem persenjataan yang lain seperti pemasangan gantungan senjata di rumah roda (sponson undercarriage) untuk membawa tabung roket kaliber 2,75 inci (70 mm). Nantinya, sistem senjata ini bisa disesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan pengguna tentunya.
Sebagai gambaran, AC235 milik Angkatan Udara Yordania dipersenjati dengan kanon M230 Chain Gun kaliber 30 mm serupa dengan kanon milik AH-64 Apache. Lalu di stub pylon pada bagian rumah roda bisa membawa rudal darat udara AGM-114 Hellfire buatan Lockheed Martin atau roket berpengendali kaliber 70 mm APKWS II (Advanced Precision Kill Weapon System) dari BAE Systems.
Sobat AR, PTDI sendiri mengembangkan versi CN235 gunship tentunya berdasarkan adanya kebutuhan pasar. Pesawat ini dapat dipasarkan di dalam negeri sebagai pesawat dukungan tembakan bagi pasukan darat (CAS), Combat SAR, pengawasan laut, maupun patroli garis perbatasan.
TNI AU sendiri pernah memiliki dua unit pesawat gunship yang sempat digunakan pada awal Operasi Seroja dalam palagan Timor Timur tahun 1975-1976. Berbasis pesawat angkut C-47 milik Skadron Udara 2 yang dipersenjatai tiga pucuk senapan mesin kaliber 12,7 mm dalam kabinnya. Pemasangan senjata dikerjakan oleh Depopesbang 10 Bandung.
TNI AL sendiri pada Agustus 2015 silam sempat menyatakan minatnya untuk mempersenjatai pesawat patroli maritim CN235 MPA dengan kanon kaliber 20 mm. Pesawat patroli bersenjata ini akan digunakan untuk menggertak kapal-kapal pencuri ikan yang masuk wilayah perairan Indonesia. Sayangnya tak ada informasi mengenai kelanjutan proyek ini.
Pesawat CN235 gunship PTDI kelak juga akan ditawarkan ke negara lain mulai dari kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, juga negara di Afrika Tengah dan Utara. Sobat AR, negara-negara yang potensial tersebut di antaranya adalah Filipina, Pakistan, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Senegal.
Rangga Baswara Sawiyya
Nah..kayaknya seru juga nih kalo dibikin mokitnya scratchbuild..!
Saab tawarkan sistem Erieye untuk CN235
Dari laman Saab Indonesia.. Banyak yang bertanya kepada kami apakah kami dapat memakai platform buatan dalam negeri untuk radar Erieye AEW&C seperti pesawat CN-235. Jawabannya adalah, tentu saja!Tetapi ada beberapa hal yang harus dilalui sebelum ini bisa dilakukan dan berdampak kepada anggaran dan waktu. Proses pengujian dan sertifikasi akan menambah waktu 2 tahun diatas jadwal pengiriman dan anggaran juga tentunya akan melambung.Nah...gimana nih tawaran Saab yang juga mau memberikan program alih teknologi, menarik bukan sobat AR?
Peninggalan berupa monumen TNI - AU ada di Lanud Sulaeman Bandung, dan beberapa potongannya terlihat di SMKN 12 , Jl Pajajaran No 92 Bandung spt photo di atas.
http://smkn12bdg.blogspot.co.id/2012/05/scene-of-smkn-12-bandung.htmlCerita lain adalah pada tanggal 12 Januari 1993, pesawat CN-235 pertama hadir di Skadron Udara 2, hingga lengkap berjumlah 6 pesawat pada tahun 1995. Pada tahun 2007 Skadron Udara 2 mendapatkan 1 tambahan pesawat CN-235 untuk menambah kekuatannya sampai dengan sekarang.
sumber: https://www.merdeka.com/peristiwa/menengok-sejarah-panjang-skadron-2-tni-au.html
Ada berita kalau PT DI melakukan modifikasi pesawat ini menjadi gunship
ANGKASAREVIEW.COM – Kabar gembira berhembus dari kota Bandung, pabrik pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dikabarkan tengah mengembangkan pesawat gunship (bersenjata). Semula angin segar ini ditiupkan oleh laman pertahanan Jane’s. Dalam pemberitaannya (28/8/2018) situs asal Inggris tersebut menyebutkan PTDI tengah membangun gunship berbasis pesawat angkut serbaguna CN235.
Untuk mencari kebenaran informasi tersebut, redaksi Angkasa Review menghubungi Humas PTDI Kerry Apriawan. “Kabar tersebut benar, PTDI tengah membangun sebuah pesawat baru CN235-220 untuk dijadikan flying testbed,” ujar pria kelahiran tanah Priangan tersebut.
Sobat AR, CN235-220 adalah varian terakhir yang dikembangkan PTDI. Pesawat ini telah menerapkan winglet di ujung sayapnya yang membuatnya makin ekonomis bahan bakar. Dapur pacunya juga menggunakan mesin turboprop General Electric CT7-9C3 yang lebih bertenaga menggantikan mesin model lama versi CT7-7A yang digunakan CN235-110.
Platform CN235 yang akan digunakan untuk pesawat gunship direncanakan akan menjalani penerbangan perdana tahun 2019 mendatang. Selanjutnya pesawat akan digunakan sebagai pesawat demonstrator teknologi pengembangan varian gunship. Namun belum diputuskan vendor mana yang akan menyediakan sistem misinya .
Saat ini vendor penyedia sistem misi yang telah proven adalah perusahaan ATK (Alliant Techsystems Inc.) dari Amerika Serikat. Paket sistem misi STAR rancangan ATK telah digunakan pada pesawat pocket gunship Cessna Combat Caravan yang telah digunakan oleh Angkatan Udara Irak, Libanon, dan Afghanistan.
Sistem misi STAR racikan ATK juga digunakan oleh pesawat gunship AC235 milik Angkatan Udara Yordania sebanyak dua unit. Puas dengan AC235 Angkatan Udara Yordania kini sedang menerapkan paket sistem serupa pada dua unit pesawat angkut C295 miliknya yang digarap bersama Airbus Defence & Space.
Kebanjiran pesanan, ATK juga mendapat order untuk memasok sistem misi dan persenjataan dari Angkatan Udara Italia untuk mengubah enam unit pesawat angkut MC-27J menjadi gunship bernama Praetorian yang penggarapannya bermitra dengan pabrik pesawat Leonardo.
Sobat AR, sistem paket misi ATK STAR memungkinkan pesawat dapat melakukan misi tempur dan juga misi ISR. Paket ini berisisi perangkat sensor L-3 Wescam MX-15 turet elektro-optik dan radar apertur sintetis Thales I-Master Ku-band. Tersedia juga sistem tindakan pencegahan defensif termasuk DIRCM (directed infrared countermeasures) dan sistem peringatan serangan rudal AAR-47.
Kembali ke gunship rancangan PTDI, Sobat AR, rencananya purwarupa pesawat serang darat ini akan dipersenjatai menggunakan kanon tunggal kaliber 30 mm. Untuk sementara akan menggunakan kanon DEFA 553 peninggalan pesawat serang A-4H Skyhawk TNI AU yang telah dipensiunkan.
Namun ke depannya masih terbuka sistem persenjataan yang lain seperti pemasangan gantungan senjata di rumah roda (sponson undercarriage) untuk membawa tabung roket kaliber 2,75 inci (70 mm). Nantinya, sistem senjata ini bisa disesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan pengguna tentunya.
Sebagai gambaran, AC235 milik Angkatan Udara Yordania dipersenjati dengan kanon M230 Chain Gun kaliber 30 mm serupa dengan kanon milik AH-64 Apache. Lalu di stub pylon pada bagian rumah roda bisa membawa rudal darat udara AGM-114 Hellfire buatan Lockheed Martin atau roket berpengendali kaliber 70 mm APKWS II (Advanced Precision Kill Weapon System) dari BAE Systems.
Sobat AR, PTDI sendiri mengembangkan versi CN235 gunship tentunya berdasarkan adanya kebutuhan pasar. Pesawat ini dapat dipasarkan di dalam negeri sebagai pesawat dukungan tembakan bagi pasukan darat (CAS), Combat SAR, pengawasan laut, maupun patroli garis perbatasan.
TNI AU sendiri pernah memiliki dua unit pesawat gunship yang sempat digunakan pada awal Operasi Seroja dalam palagan Timor Timur tahun 1975-1976. Berbasis pesawat angkut C-47 milik Skadron Udara 2 yang dipersenjatai tiga pucuk senapan mesin kaliber 12,7 mm dalam kabinnya. Pemasangan senjata dikerjakan oleh Depopesbang 10 Bandung.
TNI AL sendiri pada Agustus 2015 silam sempat menyatakan minatnya untuk mempersenjatai pesawat patroli maritim CN235 MPA dengan kanon kaliber 20 mm. Pesawat patroli bersenjata ini akan digunakan untuk menggertak kapal-kapal pencuri ikan yang masuk wilayah perairan Indonesia. Sayangnya tak ada informasi mengenai kelanjutan proyek ini.
Pesawat CN235 gunship PTDI kelak juga akan ditawarkan ke negara lain mulai dari kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah, juga negara di Afrika Tengah dan Utara. Sobat AR, negara-negara yang potensial tersebut di antaranya adalah Filipina, Pakistan, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Senegal.
Rangga Baswara Sawiyya
CN 235 Gunship Pertama Indonesia Akan Dipamerkan Pada Bulan Juni 2019
Saab tawarkan sistem Erieye untuk CN235
Dari laman Saab Indonesia.. Banyak yang bertanya kepada kami apakah kami dapat memakai platform buatan dalam negeri untuk radar Erieye AEW&C seperti pesawat CN-235. Jawabannya adalah, tentu saja!Tetapi ada beberapa hal yang harus dilalui sebelum ini bisa dilakukan dan berdampak kepada anggaran dan waktu. Proses pengujian dan sertifikasi akan menambah waktu 2 tahun diatas jadwal pengiriman dan anggaran juga tentunya akan melambung.Nah...gimana nih tawaran Saab yang juga mau memberikan program alih teknologi, menarik bukan sobat AR?
Saab tawarkan sistem Erieye untuk CN235
Peninggalan berupa monumen TNI - AU ada di Lanud Sulaeman Bandung, dan beberapa potongannya terlihat di SMKN 12 , Jl Pajajaran No 92 Bandung spt photo di atas.
di bekas bandara Polonia Medan bangkai pesawat jenis inijuga pernah ada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar