Sabtu, 21 Agustus 2010

NAKAJIMA Ki-49 Donryu (Helen) Pangdip-II





http://live.warthunder.com/feed/camouflages/





NAKAJIMA Ki-49 Donryu (Helen)

Pesawat Bomber bikinan Jepang ini  setelah dihidupkan kembali keburu dihancurkan Belanda di Maospati Madiun. Barusan Agustus 2012 dapet cerita dan photo sangat langka dari website  aviationofjapan.com bahwa AURI pernah punya pesawat ini tapi ga punya pilot yang bisa nerbanginnya.

Peninggalanya tidak ada yang dapat kita lihat sekalipun itu berupa miniatur

https://jakartagreater.com/mengenal-pesawat-pangeran-diponegoro-i-dan-ii-sejarah/

https://www.kaskus.co.id/thread/607bf9ec8bee5d2eb71de0fa/pangeran-diponegoro-ii---pesawat-pembom-jepang-yang-dijadikan-pesawat-angkut-tni-au/

 Pesawat Pangeran Diponegoro II merupakan jenis pesawat pembom berat Jepang Ki-49 Donryu buatan tahun 1942, yang berhasil diperbaiki teknisi Indonesia dan diubah menjadi pesawat angkut. Ki-49 memiliki mesin ganda buatan Kawasaki mampu terbang jelajah 350 km/jam. Ki-49 mampu membawa bom 1.000 kg dengan jarak terbang 1.864 km. Pesawat ini dalam sejarah Jepang tercatat sebagai pesawat pertama yang dilengkapi dengan senjata penembak di bagian ekor. Mampu terbang cepat 400 km/jam pada ketinggian 4000 m dan terbang tinggi mencapai 11.200 m. Pesawat Ki-49 merupakan pesawat buatan tahun 1942 yang digunakan Jepang selama perang Dunia II dan digelar di Filipina, Malaysia, Burma, dan Hindia Belanda. Sekutu menyebut pesawat Ki-49 ini dengan nama "Helen".

Saat ditinggalkan Jepang Pesawat Ki-49 yang berada di Pangkalan Udara Bugis, Malang dalam keadaan rusak tanpa mesin dan onderdil banyak yang hilang. Pada pertengahan Maret 1946, pesawat mulai diperbaiki, tanggal 17 April 1946 saat dilakukan test flight pertama oleh penerbang Atmo, masih terdapat kekurangan pada sistem pompa hidroliknya, sehingga saat akan landing harus dibantu dengan pompa tangan agar dapat berfungsi secara maksimal. Setelah proses perbaikan pesawat selesai, sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Komandan Pangkalan Udara Bugis, Malang yang saat itu dijabat oleh komodor Udara Abdulrachman Saleh mengadakan syukuran dan pemberian nama baru bagi pesawat, yaitu Pangeran Diponegoro II (PD II) atau Benteng Asia. Acara syukuran dihadiri Komandan Divisi VII Jenderal Mayor Imam Sudjai, Ketua BPRI Bung Tomo, Residen Malang Syam, dan para wartawan.

Agustinus Adisutjipto saat berada di Malang dalam rangka perundingan serah terima Pangkalan Udara Bugis Malang bersama semua fasilitasnya dari Panglima Divisi VII Malang kepada Markas Tertinggi TRI AO di Yogyakarta, Berhasil menerbangkan pesawat PD II dengan baik walaupun sebelumnya belum pernah menerbangkan pesawat jenis PD II. Sementara itu perundingan antara Adisutjipto dengan Panglima Divisi VII tidak menghasilkan kesepakatan. Hingga akhirnya Adisutjipto berunding dengan Komandan Pangkalan Bugis untuk menerbangkan pesawat Pangeran Diponegoro II secara diam-diam. Pada tanggal 5 Agustus 1946 tanpa sepengetahuan Panglima Divisi VII Malang pesawat Pangeran Diponegoro II yang dipiloti Agustinus Adisutjipto, melakukan penerbangan menuju Yogyakarta dengan rute pangkalan udara Bugis, Malang, Semarang dan Solo. Untuk menjaga kerahasiaan penerbangan, semua montir yang ikut terbang, antara lain Moch. Oesar, Mustakim, Matkarim, dan Matsari tidak diberitahu tujuan penerbangan, sehingga mereka hanya mengenakan kaos dan celana pendek saja. Saat berada di atas kota Semarang pesawat ditembaki musuh dari bawah, tetapi tidak kena. ketika sampai di kota Solo mesin pesawat sebelah kiri mulai mengalami kerusakan, tetapi masih bisa diusahakan terbang.

Pada pukul 11.00 WIB pesawat Pangeran Diponegoro II berhasil mendarat dengan selamat di Pangkalan Udara Maguwo, Yogyakarta. Setelah pesawat berhenti, Agustinus Adisutjipto dan para montir yang ada dalam pesawat keluar yang segera mereka disambut oleh teman-temannya yang berada di Yogyakarta. Semuanya menunjukan rasa gembira, haru, dan bangga, termasuk pimpinan Markas Tertinggi (MT) TRI Angkatan Oedara Pusat Yogyakarta Komodor Soerjadi Soerjadarma.

Peristiwa tersebut menimbulkan reaksi dari pihak Divis VII, mereka mengirimkan radiogram ke Yogyakarta guna memanggil Kepala Bagian Teknik Pangkalan Udara Bugis, H.A.S. Hanandjudin (yang tidak turut dalam penerbangan Pangeran Diponegoro II ke Yogyakarta), untuk dimintai pertanggungjawaban. Agustinus Adisutjipto segera menemui H.A.S. Hanandjudin untuk memberitahukan tentang pangggilan tersebut. Dengan jiwa besar H.A.S. Hanandjudin memenuhi panggilan tersebut, diantar ke Malang menggunakan pesawat Curen yang dikemudikan oleh kadet Tugijo. Setelah sampai H.A.S. Hanandjudin di Malang langsung ditangkap dan diserahkan ke Markas Polisi Tentara. Setelah diperiksa dan ditahan selama tujuh hari, kemudian dibebaskan dan kembali bekerja seperti biasa.

Pada saat melaksanakan test flight di atas pangkalan Udara Maguwo Pesawat Pangeran Diponegoro II mengalami kecelakaan sehingga tidak dapat diterbangkan kembali. Akan tetapi untuk mengelabui tentara Belanda yang melakukan Agresi militer pertama, rongsokan pesawat Pangeran Diponegoro II dipajang dilandasan, hingga menjadi sasaran tembak pesawat tempur Belanda dan semuanya hancur. **Pd
https://www.kaskus.co.id/thread/54ee9370bdcb17747f8b4581/mengenal-pesawat-pesawat-tni-au/

baca juga di :
https://historia.id/militer/articles/melarikan-pesawat-dari-malang-ke-yogya-vogaN/page/2

Sayangnya sampai hari ini tidak diketahui siapa sebenarnya Pnb Atmo dan Pnb Ali - kecuali informasi keduanya ber KTP Jepang, laki laki dengan jenis pekerjaan penerbang pespur Jepang - yang banyak berjasa sebagai test pilot di lanud Bugis - Malang ( sekarang lanud Abdulrahman Saleh ). Tak banyak informasi yang didapat selain mereka awalnya merupakan tawanan perang TRI dan kemudian bersedia membantu Indonesia daripada harus diserahkan kepada tentara Belanda di Surabaya sebagai tawanan perang. Mengingat jasanya pada saat perang kemerdekaan mereka layak mendapat gelar pahlawan atau minimal bintang jasa dari pemerintah RI.
Pesawat P Diponegoro II atau Benteng Asia sendiri mengalami kecelakaan dan rusak parah pada saat test flight di lanud Maguwo - Yogyakarta ( sekarang menjadi Lanud Adisutjipto - Yogyakarta ). Uniknya bangkai pesawat P Diponegoro II yg relatif utuh justru sengaja ditaruh diluar dekat landasan di Lanud Maguwo bersama bangkai pesawat lain dan menjadi sasaran tembak pespur Belanda hingga hancur pada saat terjadi serangan agresi Belanda pertama. Salut dengan selera humor TRI kita yang sukses ngeprank pilot tempur Belanda.



Modelkitnya masih dicari

beberapa pabrikan mokit ;






mokit rakitan modeller mancanegara;


Tidak ada komentar:

Posting Komentar